Bekerja sama dengan influencer kerap menjadi salah satu strategi yang paling efektif bagi sebuah perusahaan atau brand untuk memenangkan perhatian audiens agar produk atau jasa mereka semakin dikenal oleh masyarakat luas. Terlebih juga karena hasilnya yang kerap memuaskan, membuat semakin banyak perusahaan atau brand yang memanfaatkan strategi influencer marketing ini tanpa berpikir panjang demi bisa mencapai objektif yang telah ditargetkan. Walau begitu, strategi influencer marketing ini ternyata juga memiliki beberapa tantangannya tersendiri loh. Seperti apa sih tantangannya? Berikut ini akan kami jelaskan 10 tantangan influencer marking dan solusi menghadapinya agar kolaborasi yang dilakukan dapat berjalan efektif dan sama-sama bisa mencapai tujuan yang telah ditentukan. Selamat membaca!
10 Tantangan influencer marking dan solusi menghadapinya
1. Memilih influencer yang tepat
Tantangan pertama yang sering dihadapi oleh perusahaan atau brand pada saat menjalankan sebuah kampanye dengan influencer adalah mengidentifikasi influencer yang tepat untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikan. Hal ini menjadi sangat nyata karena fakta di lapangan menyebutkan 67& perusahaan menyatakan bahwa menemukan influencer yang tepat adalah tantangan pemasaran influencer terbesar mereka. Dengan jutaan pilihan yang ada, menemukan influencer di ceruk pasar yang terlalu besar itu sperti mencari jarum di tumpukan jerami. Selain itu, memilih influencer yang salah dapat mengakibatkan hilangnya uang, waktu, dan reputasi merek.
2. Membangun dan mempertahankan hubungan dengan influencer
Setelah bisa mengidentifikasi influencer yang “tepat” untuk kampanye, langkah selanjutnya yang cukup sulit dilakukan adalah menghubungi dan membangun hubungan dengan influencer tersebut. Menghubungi influencer besar dan menjalin kemitraan dengan mereka tidak semudah kelihatannya. Banyak influencer menerima aliran peluang kemitraan yang konstan dan sangat selektif dalam hal sponsor. Berhati-hatilah dengan tantangan ini saat kamu mendekati influencer. Daripada berasumsi bahwa seorang influencer akan memanfaatkan kesempatan untuk bermitra dengan kamu, tawarkan peluang kamu dengan cara yang bijaksana dan memikat. Bangun kredibilitas, bersikap ramah dan pribadi, dan berikan detail tentang bagaimana kemitraan akan menguntungkan mereka.
3. Tantangan dalam komunikasi
Banyak memang yang kerap dihadapi ketika sebuah brand bekerja sama dengan influencer atau pun sebaliknya. Dan salah satu tantangan yang paling sering dihadapi selanjutnya adalah soal komunikasi. Hal ini sempat disampaikan oleh Widi Prastomo, Social Media Manager GO-JEK yang menyatakan kalau “klien banyak mau dan tidak mau tahu.” Dan ini yang kerap menjadi persoalan bagi para influencer yang merasa bahwa komunikasi yang dilakukan oleh brand itu satu arah, terkesan kaku, dan tidak mau mendengar apa yang menjadi masukan dari influencer. Padahal bentuk komunikasi seperti itu yang kerap membuat influencer tidak nyaman dan dikhawatirkan nantinya konten yang disampaikan menjadi tidak maksimal.
Baca juga: Cari Ide untuk Memasarkan Usaha Kecil Kamu? 10 Hal Ini Bisa Membantu
4. Response yang lambat dari influencer
Sementara itu, dari sisi brand, tantangan komunikasi yang kerap dihadapi adalah slow response dari para influencer. Dan ini yang membuat brand merasa kesulitan untuk tetap mengacu pada timeline yang telah mereka tetapkan. Padahal jika para influencer ini bisa membalas pesan dari pihak agency dengan cepat, maka kampanye yang telah di tetapkan di awal akan berjalan dengan baik.
5. Informasi yang tidak lengkap
Tantangan ketiga yang sering ditemukan ketika berkolaborasi dengan influencer adalah mengenai brief. Tidak sedikit influencer yang menganggap kalau brief yang diberikan oleh klien kurang lengkap dan terkadang suka berubah di tengah jalan. Inilah kesulitan yang kerap dihadapi para influencer dalam menyampaikan konten yang sudah mereka produksi. Meski begitu, perubahan brief dari klien ini kadang sering dimaklumi oleh para influencer selama sifatnya tidaklah perubahan yang major.
6. Tidak menjalankan tugas dengan baik
Sedangkan kendala yang dihadapi brand dari masalah diatas adalah seringkali konten yang disampaikan oleh influencer kadang tidak sesuai dengan informasi yang sudah mereka sepakati sebelumnya. Kerap kali ada beberapa detail penting yang terlewatkan begitu saja dan tidak tersampaikan oleh influencer melalui kontennya. Sebenarnya bagi brand sendiri, konten sesuai brief itu menjadi hal yang penting agar pesan yang ingin mereka sampaikan kepada audiens bisa diterima dan “suara” dari brand itu tidaklah bias.
7. Memberi influencer kebebasan kreatifitas
Mengacu pada permasalahan sebelumnya dimana seringkali konten yang disampaikan oleh influencer kadang tidak sesuai dengan informasi yang sudah disepakati sebelumnya, kamu sebagai perusahaan atau brand sebenarnya bisa memberikan kebebasan kreatifitas dalam membuat sebuah konten. Untuk mencapai keseimbangan antara memberikan kebebasan kreatif kepada influencer dan mempertahankan kontrol pengiriman pesan, pertimbangkan untuk menerapkan persyaratan titik salinan tertentu dan proses persetujuan akhir sebelum konten influencer ditayangkan.
Baca juga: 10 Strategi Pemasaran Online Yang Praktis dan Bisa Kamu Terapkan
8. Memenuhi pedoman FTC
Sehubungan dengan pertumbuhan dan popularitas pemasaran influencer, Komisi Perdagangan Federal menjadi semakin ketat dalam menegakkan pengungkapan iklan yang tepat di media sosial. 2017 adalah tahun yang ditandai dengan tindakan keras FTC, dengan pemberitahuan dikirim ke 90 selebriti dan merek karena melanggar pedoman komisi untuk konten bersponsor. Untuk menghindari pelanggaran pedoman FTC, pastikan pemberi pengaruh dengan jelas dan mencolok mengidentifikasi konten sebagai konten bersponsor melalui pengungkapan tertulis seperti #sponsor atau #ad di Instagram.
9. Mengukur ROI
Dalam studi terbaru, 65% pemasar mode dan kecantikan mengidentifikasi pengukuran ROI kampanye sebagai aspek paling menantang dari influencer marketing. Seperti dalam bentuk periklanan apa pun, ada kesulitan yang muncul saat mengukur laba atas investasi yang terkait dengan pemasaran influencer. Untungnya, ada berbagai strategi yang dapat digunakan pemasar untuk mengukur ROI pemasaran influencer. Cara paling langsung untuk mengukur ROI kampanye adalah dengan menggunakan tautan atau kode kupon khusus influencer. Item yang dapat dilacak ini dapat memberikan wawasan berharga, seperti rasio klik-tayang khusus influencer untuk tautan atau rasio konversi dalam kasus kode kupon.
10. Solusi dalam menjawab tantangan influencer marketing
Pentingnya membangun komunikasi dan hubungan yang baik menjadi hal penting agar influencer marketing bisa mencapai objektif yang telah ditentukan. Komunikasi yang dijalankan ini sebaiknya dilakukan dua arah, saling mendengar insight, dan mengesampingkan ego masing-masing. Dengan begitu, komunikasi menjadi lebih lancar, hubungan antara brand dan influencer juga menjadi lebih baik. Campaign marketing pun dapat berjalan lebih efektif. Selain itu, seorang influencer itu perlu untuk responsif dan jangan sulit untuk dihubungi. Karena dengan bersikap sopan seperti itu, akan membuat brand akan lebih menghargai si influencer tersebut.