Bagi kamu yang melamar kerja di suatu perusahaan, umumnya akan mengikuti proses seleksi salah satunya dengan psikotes. Proses psikotes dipilih menjadi salah satu tahap dalam proses rekrutme karena rekrutmen menginginkan calon karyawan yang berkualitas ataupun sehat secara psikologis. Adapun pada proses ini, satu perusahaan dengan perusahaan lain tentu memiliki kebijakan dan proses seleksi yang berbeda-beda tergantung kebutuhan perusahaan tersebut. Itulah mengapa proses ini kadang menjadi momok yang menakutkan bagi para pelamar kerja. Saking takutnya, banyak yang membeli buku soal-soal latihan psikotes agar bisa menjawab soal psikotes dengan baik. Tapi, apakah benar tes psikotes bisa dipelajari seperti itu? Berikut ini kita akan membocorkan 10 mitos psikotes yang sering bikin gagal paham para pelamar kerja. Semoga membantu ya!
Inilah 10 mitos psikotes yang sering bikin gagal paham para pelamar kerja
1. Gagal psikotes sama saja dengan tidak cerdas
Berulang kali gagal psioktes bukan berarti seseorang tidak cerdas atau pun sangat tidak kompeten. Pada dasarnya, perusahaan mencari calon kandidat yang sesuai dengan pekerjaannya saja. Jadi, jarang lolos psikotes bukan berarti tidak pintar. Nah, kegagalan psikotes inilah yang biasanya membuat banyak pelamar kerja makin takut. Rasa percaya diri pun dapat menurun setiap mengikuti proses rekrutmen baru. Padahal, butuh kondisi fisik dan pikiran yang prima dalam mengerjakan soal-soal psikotes.
2. Psikotes bisa dipelajari dan dilatih
Udah nggak asing lagi dong sama buku-buku soal latihan psikotes di berbagai toko buku? Banyak yang membeli dan berlatih soal-soal psikotes karena nggak paham psikotes itu apa dan ingn tahu gimana caranya biar hasilnya bagus. Sebenarnya nggak ada salahnya kamu berlatih soal-soal, tapi tahu nggak sih faktanya itu nggak ngaruh banyak dengan hasil tes kamu nanti? Mengapa? Karena apa yang dites dalam psikotes itu bukanlah hasil dari pembelajaran seperti ujian di sekolah, melainkan pengetahuan umum yang bisa kamu temui sehari-hari, guys. Itulah mengapa ujian di setiap perusahaan berbeda.
3. Jangan makan sebelum tes berlangsung
Mitos ini sebenarnya muncul dari aturan yang melarang kamu meninggalkan ruangan selama tes berlangsung. Namun, ini bukan berarti kamu tidak boleh makan atau minum sebelum mengikuti tes. Menjalani psikotes membutuhkan fokus yang baik. Untuk itu, kamu harus dalam kondisi prima. Para ahli psikologi bahkan tidak menyarankanmu untuk mengerjakan psikotes dalam kondisi perut kosong. Kamu dapat mengonsumsi makanan beberapa jam sebelum psikotes berlangsung. Tapi, pastikan bahwa kamu tidak perlu ke toilet saat tes berlangsung. Biasanya, ada waktu khusus yang diberikan oleh penguji untuk menyelesaikan urusan yang perlu diselesaikan sebelum tes dimulai. Manfaatkan waktu ini agar kamu dapat fokus mengerjakan tes tanpa gangguan.
Baca juga: Sewa Kantor di Jakarta: Shared Office atau Private Office?
4. Tes kepribadian tidak ada bedanya dengan astrologi
Tes kepribadian adalah salah satu bentuk tes psikologi yang paling populer. Saking populernya, saat ini ada berbagai jenis tes kepribadian yang bisa diakses secara online dan gratis. Saking mudahnya akses untuk mengikuti tes kepribadian, muncul anggapan bahwa tes kepribadian tidak perlu dianggap serius. Tes kepribadian bahkan sering disamakan dengan astrologi yang tidak memiliki dasar sains. Padahal, tes kepribadian merupakan salah satu instrumen yang digunakan oleh perusahaan untuk membuat keputusan penting. Mulai dari perekrutan hingga promosi. Jadi, jawablah semua pertanyaan dalam tes kepribadian dengan sungguh-sungguh.
5. Kepribadian adalah bawaan dan bersifat tetap
Kepribadian memang dipengaruhi oleh genetik. Akan tetapi, kepribadian secara keseluruhan bukanlah bawaan. Kepribadian seseorang juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Itulah sebabnya, kamu bisa mendapatkan hasil yang berbeda ketika mengikuti tes kepribadian dalam rentang waktu yang cukup jauh berbeda. Menurut beberapa penelitian, gagasan mengenai kepribadian tetap ditentukan oleh dan melalui teori yang digunakan untuk menilainya. Tidak ada kepribadian yang benar-benar tetap. Jadi kamu tidak perlu khawatir jika hasil tes kepribadianmu berbeda dengan hasil sebelumnya.
6. Harus banyak menyelesaikan soal di tes kraepelin
Salah satu bentuk psikotes yang cukup sering muncul adalah tes kraepelin. Tes mengharuskan peserta menjumlahkan angka-angka dari bawah ke atas dalam kolom baris yang banyak. Mitos psikotes yang banyak dipercayai adalah kesuksesan tes ini tergantung dari banyaknya soal yang dikerjakan. Hal ini memang benar adanya. Namun, akan jauh lebih baik jika berfokus dalam proses mengerjakan soal daripada ambisi menyelesaikan banyak. Pasalnya, tes ini ingin melihat ketahanan dan konsistensi pelamar kerja dalam mengerjakan soal.
7. Semakin banyak angka yang dihitung pada tes pauli, semakin bagus
Tes pauli atau yang akrab disebut tes koran merupakan salah satu tes yang menggambarkan ketahanan kerja seseorang. Tes ini terdiri dari selembar kertas cukup besar yang berisikan angka-angka di kedua halaman dan angka-angkanya dihitung dengan cara dijumlahkan. Mitosnya, semakin banyak angka yang dihitung, maka semakin bagus pula hasilnya. Faktanya, penilai memang akan menghitung berapa jumlah angka yang telah kamu hitung dengan benar, kesalahan-kesalahan perhitungan, jumlah garis, dan coretan koreksi yang kamu buat. Meski begitu, angka yang banyak atau menambah selembar kertas tes Pauli lagi nggak menjamin hasilnya akan bagus loh.
Baca juga: Beberapa Istilah Sewa Kantor Yang Patut Kamu Ketahui
8. Menggambar pohon harus menggambar buahnya
Hayo siapa yang takut kalau disuruh tes menggambar? Tes menggambar dinamakan juga dengan tes proyeksi. Artinya, tes menggambar bertujuan untuk melihat profil kepribadian seseorang melalui gambar. Tes menggambar ada banyak macamnya, salah satunya adalah DAT (draw a tree) atau tes Baum. Banyak yang menyarankan berbagai trik menggambar agar kepribadian kamu terlihat bagus dan ideal, salah satunya adalah mitos bahwa menggambar pohon itu harus menggambar buahnya juga. Apa iya begitu? Faktanya, menggambar pohon atau apapun itu nggak ada kriteria benar atau salah. Semakin kamu menggambar secara apa adanya maka semakin benar pula hasil gambaran kepribadiannya. Jadi, sebaiknya kamu menggambar apa adanya dan sesuai arahan dari instrukturnya ya.
9. Hasil psikotes tergantung kemurahan hati psikolognya
Faktanya setiap individu yang mengikuti psikotes harus mengerjakan tugas sendiri-sendiri, tidak ”menyontek” dari peserta lain atau dari ”jawaban” yang dihafalkan, dan dikerjakan sesuai alokasi waktu yang ditentukan. Maksudnya adalah agar hasil psikotes betul-betul merupakan cerminan dari potensi individu yang bersangkutan. Setiap psikolog telah melalui serangkaian pendidikan dan pelatihan untuk dapat mengukur dan menyimpulkan kemampuan seseorang secara objektif berdasarkan data psikotes yang ada. Para psikolog juga memegang kode etik profesi untuk menjaga kemurnian hasil psikotes seseorang. Seorang psikolog dapat kehilangan ijin prakteknya jika melanggar kode etik ini. Jadi, psikolog tidak akan sembarangan membuat kesimpulan misalnya karena terpengaruh rasa kasihan.
10. Psikoteslah yang menentukan diterima-tidaknya seseorang dalam proses seleksi
Faktanya psikotes merupakan salah satu alat bantu yang digunakan dalam proses seleksi. Hasil psikotes menjadi salah satu pertimbangan untuk menentukan lolos/tidaknya seseorang, disamping faktor penentu lain seperti pengalaman, hasil tes akademis, tes kesehatan, dan sebagainya. Untuk sebuah posisi misalnya, biasanya akan ada persyaratan akademis dan pengalaman tertentu. Jika seseorang dinyatakan secara psikologis memadai untuk posisi tersebut, namun ia tidak memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman yang sesuai, maka besar juga kemungkinan ia tidak akan diterima. Pada akhirnya semua keputusan sangat tergantung pada kebijakan instansi yang bersangkutan.
This blog was… how do I say it? Relevant!! Finally I have
found something that helped me. Many thanks!
blessing Pris delphinium every Rajesh grape roughriders budlow circuitous
A helpful share, I just passed this onto a student who was doing a little analysis on this. And he in fact purchased me lunch because I found it for him.. smile. So let me reword that: Thank you for the treat! But yeah Thnkx for spending the time to talk about this, I feel strongly about it and love learning more on this topic. If possible, as you gain expertise, would you mind updating your blog with more info? It is extremely helpful for me. Big thumb up for this article!