Pernah merasa bersalah saat bekerja padahal tidak melakukan apapun? Atau mungkin, selalu mempertanyakan diri sendiri setelah berdiskusi dengan rekan kerja? Hati-hati, bisa jadi kamu korban gaslighting. Meski sering dikaitkan dengan hubungan asmara, salah satu tindak pelecehan psikologis ini juga bisa terjadi di mana saja loh, termasuk tempat kerja. Lantas seperti apa sih bentuk dari perilaku gaslighting ini dan bagaimana cara ngatasinya di tempat kerja? Temukan jawabannya di sini.
Apa itu gaslighting?
Melansir dari situs Psychology Today, gaslighting adalah salah satu bentuk pelecehan psikologis yang patut diwaspadai. Ini disebabkan para pelaku cenderung memanfaatkan kekuasaan yang dimiliki untuk dapat mengekang kebebasan korbannya. Pelaku, yang biasa disebut gaslighter memaksa korbannya untuk merasa cemas, bingung, dan tidak bisa percaya pada diri mereka sendiri. Untuk mendapatkan hal tersebut, caranya pun beragam bisa mulai dari berbohong, menguntit, sampai memfitnah.
Stephanie A. Sarkis, seorang psikiater di Child and Adolescent Counseling, mengatakan tujuan dari perilaku gaslighting bukan hanya merusak keadaan kejiwaan korban semata. Namun, kalau pelecehan ini terjadi di tempat kerja, pelaku juga berusaha menghancurkan kehidupan pribadi dan karier targetnya. Alhasil, mereka yang selalu mendapat perlakuan seperti ini akan mulai merasa ragu akan persepsi dirinya. Sehingga, korban lebih memilih untuk tidak membicarakan yang mereka alami kepada keluarga atau sesama rekan kerjanya.
Istilah gaslighting
Meski kata gaslighting sudah tidak asing bagi sebagian orang, perilaku ini tetap kurang mendapat perhatian, khususnya di tempat kerja. “Perilaku gaslighting atau bentuk pelecehan kejiwaan lainnya menjadi tidak teridentifikasi karena pelaku cukup lihai membuat korbannya merasa bersalah,” lanjut Stephanie A. Sarkis. Adapun istilah gaslighting ini pertama kali dikenal publik melalui sebuah film berjudul Gaslight pada tahun 1944. Dalam film itu diceritakan ada seorang suami yang mencoba untuk memanipulasi istrinya dengan meyakinkan istrinya bahwa dia gila. Padahal ini dilakukan hanya untuk mendapatkan harta kekayaan dari keluarga istrinya. Namun, usaha sang suami itu gagal, dan istrinya tersadar telah dibohongi oleh suaminya selama ini. Dari sanalah kemudian istilah gaslighting ini dikenal dan sering digunakan.
Baca juga: 10 Life Skill yang Wajib Dimiliki Di Dunia Kerja Pada Tahun 2022
Gaslighting di tempat kerja
Banyak orang yang masih belum paham mengenai gaslighting, sehingga terkadang korban bahkan pelaku tidak merasa mengalami hal tersebut. Perilaku gaslighting di tempat kerja seringkali ditemukan, namun banyak pekerja yang masih belum familiar dengan istilah tersebut sehingga cenderung melupakan kejadian tersebut, padahal hal ini bisa menjadi masalah untuk psikis si korban.
Kurangnya komunikasi di tempat kerja dengan rekan kerja yang lain juga bisa menjadi kendala dan meningkatkan kemungkinan gaslighting. Penting juga untuk menjaga komunikasi antara satu orang dengan rekannya yang lain, sehingga saat perilaku gaslighting terjadi, bisa dapat langsung diselesaikan dengan baik dan mencegah korban mengalami kondisi psikologis yang makin memburuk.
Perilaku Gaslighting
Gaslighting bisa terjadi kepada siapa saja, namun beberapa psikolog percaya bahwa gaslighting lebih sering terjadi pada orang-orang dengan harga diri yang rendah, merasa kasihan kepada diri sendiri, atau juga orang yang memiliki empati tinggi. Sedangkan, mereka yang memiliki rasa percaya diri tinggi juga pandai membangun batasan, kemungkinannya lebih rendah mengalami gaslighting.
Pelaku gaslighting tidak terbatas kepada sebagian orang atau tokoh, karena siapapun bisa menjadi pelaku gaslighting tidak terbatas dengan usia, jenis kelamin, atau jenis pekerjaan. Namun ada kemungkinan bahwa pelaku yang melakukan gaslighting adalah mereka yang memiliki kelainan psikologis yang disebut narcissistic personality disorder. Seseorang dengan gangguan kepribadian narsistik cenderung merasa bahwa dirinya adalah yang paling penting dan memiliki rasa empati yang rendah.
Pelaku gaslighting cenderung pandai berbohong, bersikap manipulatif, sehingga pintar membuat diri mereka seolah-olah tidak bersalah dan justru memutarbalikkan fakta dan menyalahkan korban. Ini adalah taktik mereka untuk membuat korban tidak percaya pada penilaian diri mereka sendiri.
Tanda-tanda dari pelaku gaslighting di kantor
Untuk memberi kamu gambaran seperti apa karakter dari para pelaku gaslighting atau gaslighter tersebut, kamu bisa mencoba mengidentifikasi melalui ciri-ciri di bawah ini, yaitu:
1. Sering melakukan candaan sarkasme
Ciri pertama dari pelaku gaslighting adalah ketika mereka mengekspresikan permusuhan yang dibalut dalam bentuk candaan sarkasme, di mana tujuannya memang untuk mengejek, merendahkan, meremehkan dan menggoda korban.
Baca juga: 10 Cara Membentuk Tim Kerja yang Baik Dalam Perusahaan
2. Memperlakukan karyawan secara tidak adil
Seperti dibilang di awal bahwa pelaku gaslighter memang sering memiliki posisi yang cukup tinggi di lingkungan pekerjaan. Mereka tipikal orang yang berkuasa, namun sayangnya mereka tidak bisa memberikan perlakuan yang adil bagi korban atau bawahannya. Tujuan gaslighter melakukan ini adalah untuk merendahkan korban di antara tim yang lainnya dengan membuat korban seolah-olah tidak penting.
3. Memunculkan narasi negatif terus menerus
Gaslighter di tempat kerja selalu memunculkan narasi negatif berdasarkan penilaian pribadi mereka dalam bentuk tuduhan yang tidak jelas atas korbannya. Sehingga gosip-gosip negatif tersebut kerap bersumber dari mereka untuk membuat citra korban menjadi lebih buruk.
4. Tidak sungkan memberikan komentar negatif kepada korban
Tanda lain dari pelaku gaslighting adalah mereka tidak segan untuk memberikan komentar pedas terhadap korbannya secara langsung baik itu secara online, tatap muka, acara rapat dan sebagainya. Dengan memberikan komentar negatif tersebut, gaslighter akan merusak kredibilitas dan reputasi korban.
5. Melakukan intimidasi
Perlakuan atasan yang kerap kali melakukan berbagai macam penindasan merupakan salah satu ciri dari pelaku gaslighting. Biasanya mereka akan menindas korban secara verbal dengan mengucapkan kata-kata yang menekan. Contoh, “Kamu tidak suka saya bicara seperti itu?” atau “Kamu keberatan mengerjakan pekerjaan yang saya suruh?”.
Sementara itu saat pelaku terus melakukan perbuatannya, korban malah dibuat tidak berdaya oleh pelaku dengan melihat beberapa tanda di bawah ini:
– Menjadi pendiam dan tidak ramah
– Merasa sulit membuat keputusan sederhana
– Terus meminta maaf kepada orang yang melakukan kesalahan
– Merasa tidak berharga, putus asa dan tidak kompeten
– Sering bertanya apakah kamu terlalu sensitif
– Merasa kecewa terhadap diri sendiri
10 Cara mengatasi perilaku gaslighting di tempat kerja
1. Memegang kebenaran
Sebelum memutuskan apakah kamu benar-benar mengalami perilaku gaslighting dari rekan kerjamu, maka sebelumnya kamu perlu meyakinkan diri atas kebenaran yang kamu alami sendiri. Apakah perilaku mereka merujuk pada tanda-tanda di atas? Dan apakah kamu dibuat tidak berdaya untuk menghadapinya? Jika iya, maka kamu harus mulai lagi mempercayai dirimu sendiri dan berpikir jernih saat menghadapi lingkungan kerja yang tidak baik ini.
2. Tanyakan kepada rekan kerja apakah mereka mengalami hal yang sama
Umumnya memang perilaku gaslighter ini hanya diperuntukkan bagi satu korban. Namun, tidak menutup kemungkinan ada juga korban lainnya. Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk memperhatikan bagaimana cara atasan berinteraksi dengan tim yang lain? Lantas apabila mereka mengalami perlakuan yang sama, maka tanyakan juga kesedian mereka untuk mendokumentasikan perilaku tersebut dan melaporkan keluhan itu secara bersama-sama.
3. Mengumpulkan bukti
Orang yang memiliki perilaku gaslighting mudah sekali mengelak dari berbagai macam tudingan. Sehingga untuk membuktikan perilaku tersebut, korban sebaiknya mengumpulkan barang bukti yang menunjukkan perilaku gaslighter sebenarnya. Bukti itu bisa berupa pesan singkat, telepon, gambar, video atau suara. Bila perlu catat kejadian dimana gaslighting terjadi. Upaya pengumpulan barang bukti ini dilakukan untuk mengetahui seberapa parah perilaku gaslighting ini terjadi kepadamu, apakah masih dalam tahap yang wajar atau sudah keterlaluan. Bila sudah keterlaluan maka perilaku ini bisa dilaporkan pada jajaran HRD atau petinggi.
Baca juga: 10 Tipe Pekerja Kantoran Yang Mencengangkan, Ternyata Ini Sebabnya!
4. Selalu catat perilaku gaslighting
Kalau kamu sudah yakin mendapatkan perilaku manipulatif dari rekan ataupun atasan, segera kumpulkan bukti gaslighting. Jangan mengandalkan ingatan kamu dalam kondisi seperti ini khususnya jika kamu ingin membahas kelakuan pelaku dengan rekan kerja atau bahkan HRD. “Ingat, selalu catat perilaku gaslighting di tempat kerja. Tulis setiap perkataan, waktu dan tanggal. Dan jangan singgung perbuatan pelaku via gawai milik perusahaan karena mereka memiliki akses dan dapat mengambilnya kembali saat kamu keluar dari perusahaan,” saran Sarkis. Baik itu berbentuk tulisan pada surel, maupun rekaman saat berbicara dengan pelaku. Dengan mencatat, kamu lebih bisa meyakinkan rekan kerja kalau memang mengalami pelecehan psikis dan lebih tahu berapa lama berada dalam kondisi tersebut.
5. Melaporkan ke HRD
Jika keadaan ini semakin membuat kamu tertekan dan malah menurunkan produktivitas kamu dalam bekerja, maka tidak ada salahnya untuk melaporkan kejadian yang kamu alami ke HRD. Ada beberapa skenario yang mungkin terjadi, pertama yakni HRD tidak bisa memproses keluh kesahmu tersebut, mereka akan memindahkan pekerjaan kamu ke bidang lain, atau membuat manajer kamu mundur.
6. Pelajari polanya
Pelaku gaslighting selalu melakukan tindakan manipulatif. “Mereka (gaslighter) selalu mencari cara seperti berbohong, memfitnah, atau apapun itu selama itu dapat membuat korbannya merasa tidak yakin dengan dirinya sendiri,” ujar Carol A. Lambert, seorang psikoterapis, dikutip dari Psychology Today. Jadi, hal yang paling dasar untuk menghadapi tindakan pelecehan emosional ini adalah membekali diri dengan pemahaman gaslighting. “Dengan mengetahui apa itu gaslighting, setidaknya kita menjadi lebih tahu bentuk trik manipulatif dan ciri pelaku,” ujar Sarkis.
7. Komunikasikan langsung dengan pelaku
Jika kamu sudah merasa yakin dengan situasi yang sedang kamu hadapi, kamu bisa mencoba untuk mengajak bicara si pelaku. Ajak kolega untuk bertemu dengan pelaku untuk membicarakan mengenai tindakan yang pelaku lakukan kepada kamu dan kolegamu. Hindari menyampaikan kalimat tuduhan dan nada konfrontatif, tapi tanyakan solusi agar kalian bisa memiliki hubungan kerja yang lebih baik. Pertemuan langsung ini bisa menentukan apakah pelaku sengaja melakukan tindakan tersebut atau justru mereka tidak sadar telah melakukannya.
Baca juga: Stres Kerja? Simak 10 Tips Berikut Ini Biar Kamu Bisa Lebih Santai
8. Ajak rekan kerja saat bertemu gaslighter
Kalau kamu ada pertemuan pribadi dengan pelaku gaslighting, usahakan selalu mengajak rekan kerjamu. Sarkis menjelaskan bahwa pelaku gaslighting cenderung memutarbalikkan ucapan korbannya. Dengan membawa saksi seperti rekan kerja, setidaknya gaslighter akan berpikir dua kali untuk bertindak manipulatif. Selain itu, adanya rekan kerja juga dapat membantu mencatat dan memantau tindak pelaku jika seandainya mereka masih tetap melakukan pelecehan psikis.
9. Menahan dorongan untuk berdebat
Seseorang yang memiliki bukti gaslighting mungkin merasa tergoda untuk menggunakannya untuk membuktikan bahwa mereka tidak “gila”. Namun, ini tidak mungkin mengubah perilaku orang yang kasar. Selain itu, jika seseorang mengungkapkan bahwa mereka telah mengumpulkan bukti, orang yang melakukan kekerasan dapat membalas atau mencoba menghapusnya.
10. Pindah kerja
Dalam kasus yang terjadi di tengah pekerjaan, maka mengubah pekerjaan atau meninggalkan hubungan untuk menjauh seringkali merupakan respons terbaik.