Apa kalian pernah mendengar istilah pandemic fatigue? Mungkin istilah tersebut masih terdengar asing, tapi sebenarnya, kondisi itu sekarang sedang dialami banyak orang. Lewat akun Instagram-nya, Pandemic Talks pernah mengupas soal fenomena yang satu in dan tentu saja kondisi tersebut cukup menyentil banyak pihak karena awamnya istilah ini.
Apa itu Pandemic Fatigue?
Pandemic fatigue merupakan kondisi kelelahan fisik dan mental seseorang akan pandemi virus corona atau COVID-19. Awal pandemi, masih segar di ingatan bahwa produk hand sanitizer, tisu basah, masker, dan makanan instan habis diborong oleh masyarakat. Katanya, untuk persediaan di rumah! Harganya pun langsung meroket dan bikin sakit kepala. Semua tempat keramaian ditutup dan disemprot disinfektan. Jarang ada yang berani keluar rumah untuk sekadar melepas penat.
Mereka, mungkin termasuk kamu, dulu hanya keluar rumah untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari atau ke apotek. Polusi udara dan kemacetan pun menurun drastis karena sebagian besar orang di rumah. Beberapa bulan kemudian, semua berubah. Orang-orang sudah mulai bosan di rumah. Terlepas soal tuntutan pekerjaan, kita lebih berani makan dan main di luar, bahkan berlibur ke luar kota!
Segala aktivitas mulai normal kembali. Jika ada anjuran di rumah saja, rasanya seperti ingin menjawab “kemarin kan sudah!”. Apa hal itu abnormal? Tidak, justru itu sangatlah normal. Sebanyak 50% orang memang tergoda untuk kembali ke kebiasaan lama setelah 6 bulan melakukan aturan ketat terkait kesehatan. Begitu menurut sebuah teori psikologi.
Baca juga: 8 Kelebihan Yang Didapatkan Apabila Sewa Ruang Kantor di Uptown
Pandemic Fatigue memang normal, tetapi berbahaya!
Jika kelelahan fisik dan mental muncul seiring dengan penurunan kasus COVID-19, mungkin itu tidak terlalu jadi masalah. Pasalnya, masih dilansir Pandemic Talks, hingga saat ini jumlah kasus di Indonesia belum menurun. Jumlah kematian akibat COVID-19 pun sudah melewati 500 ribu jiwa dan menyentuh angka 5000 kasus per harinya. Di sisi lain, masyarakat kita sudah mulai cuek dengan protokol kesehatan. Hal ini sebenarnya juga berkaitan dengan pola pikir. Kamu mungkin malas karena sudah 8 bulan lebih ini nyatanya baik-baik saja meski hidup di tengah pandemi virus corona. Keyakinan itulah yang kadang bikin kamu lengah dan kecolongan.
Jika dibandingkan dengan populasi keseluruhan, jumlah kasus infeksi di Indonesia memang tidak banyak, yaitu 500 ribu lebih dengan total kesembuhan sekitar 400 ribu lebih. Persentase kematian pun menurun, dari 9 persen ke 3 persen. Kendati begitu, bukan berarti kamu terbebas dari risiko infeksi, apalagi jika tinggal di kota besar yang tinggi kasus penularan. Potensi untuk terpapar masih terus ada. Bahkan, orang yang terpapar dan meninggal makin dekat dengan inner circle kita.
Berita penemuan vaksin memperparah Pandemic Fatigue?
Ketika ada sebuah penyakit baru yang bikin kolaps dunia, sebagai masyarakat awam kita ingin buru-buru ada penangkalnya, yakni obat dan vaksin. Berita soal vaksin virus corona yang disebut-sebut akan segera diproduksi dan didistribusikan langsung menghebohkan dunia, termasuk Indonesia. Pengujiannya sudah dilakukan, bahkan kabarnya kemarin produknya sudah sampai di Indonesia dan tinggal tunggu kapan bisa diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia. Namun jika diperhatikan lagi, perkembangan tentang pastinya vaksin virus corona masih maju mundur.
Bahkan, menurut dr. Arina Heidyana, informasi vaksin COVID-19 yang setengah-setengah itu justru bisa bikin orang makin mengalami pandemic fatigue. Menurutnya, “Iya, karena masyarakat berpikir bahwa vaksinnya sudah dibuat dan segala macam, tinggal sedikit lagi, nih, selesainya. Padahal sebenarnya, pembuatan vaksin itu sangat tidak mudah. Tahapannya pun sangat banyak,” jelas dr. Arina. Akhirnya, banyak orang yang seolah-olah merasa akan segera terbebas dari pandemi virus corona. Bukan tak mungkin, karena hal ini, protokol kesehatan makin diabaikan.
Baca juga: Bisnis Startup: Sewa Virtual Office Untuk Hemat Hingga 50%
Tips mengatasi Pandemic Fatigue
Kelelahan fisik dan mental tentang pandemi virus corona lama-kelamaan bisa berubah menjadi semakin berbahaya dan fatal. Makin banyak orang yang terjebak, semakin banyak pula pelanggaran protokol kesehatan. Untuk itu, ada baiknya kamu segera melakukan beberapa hal yang direkomendasikan oleh Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog, seperti berikut ini.
a) Ingatkan diri sendiri bahwa ada situasi yang tidak bisa kita kontrol. “Kita hanya bisa kontrol diri kita sendiri seperti memakai masker dan cuci tangan untuk melindungi diri dan orang sekitar,” jelasnya.
b) Pahami apa yang dibutuhkan dari diri kita dari kondisi pandemi ini. “Dengan mengetahui kebutuhan, kita lebih mudah mengambil tindakan yang lebih tepat,” ujar Ikhsan. “Misalnya, kita butuh suasana baru, tak ada salahnya untuk sesekali ke luar rumah. Yang penting, tetap jaga kondisi tubuh dan perhatikan protokol kesehatan,” imbuhnya lagi.
c) Tetap terhubung dengan teman-teman supaya emosi negatif dan pikiran negatif dapat dikeluarkan. Jika keadaannya belum mungkin untuk bertemu karena berisiko, lakukan secara virtual.
d) Ceritakan perasaan dan kondisi kamu kepada orang terdekat. Kamu bisa saling mengingatkan bahayanya jika mengabaikan protokol kesehatan.
e) Jangan lupa untuk lebih bijaksana dalam membaca informasi di media massa atau media sosial demi menghindari sesat pikir. Sesat pikir tentunya akan memengaruhi perilaku kamu.