Franchise atau waralaba berasal dari kata wara dan laba yang berturut-turut memiliki arti lebih dan untung. Bisnis waralaba sendiri merupakan suatu metode dalam membuka sebuah bisnis dengan menggunakan merek dagang hingga produk dari bisnis yang telah ada sebelumnya. Saat ini bisnis waralaba telah banyak berkembang terutama di Indonesia. Menjalankan bisnis waralaba tentunya menjadi pilihan bisnis yang menggiurkan. Bisnis waralaba bahkan menjadi salah satu pilihan bisnis yang tingkat kegagalan awalnya rendah. Pilian jenis usaha waralabanya pun bermacam-macam, bisa berupa jasa maupun produk. Meskipun bisnis franchise tampak menarik, baik pemilik usaha maupun penerima waralaba, keduanya akan tetap memiliki tantangan yang harus dihadapi. Berikut akan kami jelaskan 10 tantangan berbisnis franchise yang perlu kamu ketahui.
10 Tantangan berbisnis franchise yang perlu kamu ketahui
1. Modal investasi awalnya sangat tinggi
Jika kamu ingin menjadi mitra dari sebuah perusahaan yang mengeluarkan produk maupun jasa yang telah dikenal sebelumnya dan sudah mempunyai merk dagang yang terkenal, maka syarat paling utama untuk menjalin kemitraan adalah menyetorkan modal awal untuk memperoleh hak guna memakai nama sebuah produk waralaba sebagai identitas usaha. Hanya saja, yang namanya franchise membutuhkan modal cukup atau bahkan sangat tinggi untuk memulainya apalagi jika bisnis franchise yang kamu inginkan itu berasal dari luar negeri. Sebagai contoh waralaba makanan McDonald’s, modal utama yang dibutuhkan adalah membayar sekitar Rp 405 juta guna mengantongi ijin untuk memproduksi berbagai macam makanan selama kurang lebih untuk kurun waktu 20 tahun.
2. Kompetitor bisnis yang cukup ketat
Tidak berbeda dengan jenis bisnis lainnya, bisnis franchise juga memiliki berbagai kompetitor seperti bisnis waralaba lainnya maupun usaha lain yang bergerak di bidang yang serupa. Oleh karena itu, sebagai penerima waralaba, kamu harus mampu meningkatkan kualitas produk serta pelayanan agar bisnis waralaba kamu tidak kalah saing. Meskipun bisnis franchise cenderung telah dikenal masyarakat dan telah memiliki nama, bukan berarti kamu bisa bersantai-santai. Selain itu, kepekaan terhadap peluang juga sangat diperlukan. Strategi pemasaran serta kualitas pelayanan pun perlu ditingkatkan.
3. Biaya bahan baku yang kadang cukup mahal
Membayar modal awal yang cukup tinggi bukan berarti kamu hanya memperoleh nama atau merk dagang saja namun berbagai macam kelengkapan seperti bahan baku pun akan langsung disuplai oleh pihak franchisor sebagai fasilitas agar produk yang dihasilkan benar-benar sama seperti aslinya. Tentu saja harga bahan baku ini pun tak murah apalagi kamu wajib untuk membeli bahan baku lagi dari pihak franchisor jika bahan milik kamu sudah habis terjual. Alasan ini bisa dipahami karena pemberi franchise ingin standar mutu yang berkualitas tetap terjaga. Selain itu, keuntungan dari pihak franchise akan semakin kecil dan belum lagi dipotong dengan berbagai komisi lainnya.
Baca juga: 10 Cara Membangun Digital Branding untuk Bisnis Kamu
4. Tak ada standarisasi bisnis franchise
Bisnis franchise seharusnya memiliki persyaratan administrasi yang ketat untuk menjaga kualitas dan memberi asistensi yang banyak dan detail. Sayangnya, terdapat beberapa negara yang belum memiliki standarisasi ketat atau minimnya aturan perlindungan bisnis franchise dari regulator. Pada akhirnya, ketidak-tegasan aturan membuat pelaku usaha sulit membedakan secara signifikan antara sistem bisnis franchise dan peluang usaha biasa.
5. Tumbuh dengan cepat tanpa rencana
Kinerja bisnis franchise yang tumbuh cepat bisa disebabkan usahanya memang menjanjikan, didukung oleh modal besar, serta dipasarkan dengan gencar, sistematis, dan efektif. Namun hal yang perlu diwaspadai adalah pertumbuhan yang cepat seringkali tak diiringi rencana pengembangan masa depan yang matang. Pasalnya, pertumbuhan usaha yang cepat dan tidak direncanakan dengan matang seperti itu biasanya rentan mengalami tantangan berupa kejatuhan usaha dalam waktu singkat pula. Maka itu, solusi yang perlu dilakukan pemilik usaha adalah mencermati perkembangan bisnis dan mengelola dengan sistematis. Dengan begitu, realisasi pertumbuhan usaha akan terarah dan mudah dikendalikan.
6. Risiko bisnis ditanggung pengelola usaha
Pada dasarnya, usaha franchise tak menjamin bahwa pembeli lisensi atau franchise selalu memperoleh untung. Ketika bisnis mengalami kerugian, risiko tersebut harus ditanggung oleh pengelola usaha tersebut. Pengelola franchise tak bisa membebankan kerugian yang dialami mereka kepada pemilik franchise. Maka itu, pembeli lisensi franchise disarankan lebih berhati-hati mengelola usaha, terutama dalam mengelola laporan keuangan. Salah satu solusi adalah dengan mengelola usaha menggunakan software agar dapat mendukung perjalanan bisnis.
7. Harus siap menanggung kerugian kapanpun
Banyak orang yang berpikir jika menjadi mitra franchise dari perusahaan artinya memiliki kerugian yang kecil dan resiko kegagalan rendah. Sebenarnya ancaman kerugian tetap ada bahkan lebih besar karena dana modal awal yang menjadi pertaruhannya. Jika franchise tak menjalankan usahanya dengan sungguh-sungguh dan giat, maka kemungkinan bangkrut tetap ada. Apalagi saingan dari bisnis ini bukan hanya datang dari pihak lain saja namun juga mitra yang memiliki bisnis serupa. Jika tidak mampu menjaga kondisi dan keutuhan dari produk sama seperti aslinya, maka bukan mustahil apabila usaha tersebut akhirnya akan bangkrut.
Baca juga: 9 Ide Bisnis di Tengah Corona Yang Ternyata Bertahan Jangka Panjang
8. Memilih karyawan yang tepat
Kamu sebagai penerima franchise wajib memilih karyawan yang tepat untuk bisnis waralaba yang dijalankan. Dibanding kamu, karyawan akan lebih banyak berinteraksi dengan pelanggan. Jadi sangat perlu untuk memastikan karyawan kamu memiliki komunikasi interpersonal yang baik. Selain itu, untuk karyawan bagian produksi, diperlukan karyawan dengan dedikasi yang tinggi dalam menjaga kualitas produksi. Karyawan yang jujur, bertanggung jawab, dan loyal sangat diperlukan dalam hal ini guna memajukan bisnis franchise.
9. Menjaga reputasi bisnis
Menjaga reputasi bisnis menjadi tantangan baik bagi franchisor maupun franchise. Jika bisnis utama yang dipegang oleh franchisor mengalami kejadian yang berdampak pada memburuknya reputasi bisnis tersebut, hal ini dapat berimbas pada bisnis franchise yang dijalankan para franchisee. Meskipun mungkin mereka tidak berhubungan secara langsung dengan kejadian tersebut. Begitu juga sebaliknya. Apabila salah satu bisnis franchise yang dijalankan franchisee mengalami hal buruk yang berimbas pada menurunnya reputasi, bisa jadi bisnis yang dipegang langsung oleh franchisor dan franchisee lain akan terkena dampak.
10. Menyiapkan dukungan untuk penerima franchise
Selain diharuskan untuk memilih penerima waralaba yang tepat, dalam menjalankan bisnis waralaba ini, franchisor juga perlu tahu bahwa ada tantangan lain yang juga harus dihadapi. Tantangan ini bisa berupa keharusan untuk menyiapkan dukungan untuk penerima waralaba yang telah dipilih dan dinilai sebagai penerima waralaba yang tepat. Hal ini dapat berupa pelatihan, sumber daya, atau bahkan dana. Meskipun begitu, jangan sampai beberapa tantangan tersebut menghambat kamu dalam memulai bisnis waralaba ini. Jadi, jangan ragu untuk bisa memulai bisnis franchise yang akan memberi keuntungan ini.