Perbedaan umur yang mengakibatkan kesenjangan antar generasi atau generation gap kiranya seringkali terjadi di lingkungan rumah maupun di lingkungan kantor. Hal ini mungkin terjadi karena perbedaan karakteristik dari berbagai macam generasi. Sebagai contoh, saat ini banyak generasi muda dari era Gen Z hingga Milenial memulai karier profesional mereka sementara karyawan yang lebih tua tetap bekerja lebih lama karena kebutuhan ekonomi. Secara alami, hal ini berarti banyak sekali karyawan dari beberapa generasi yang berbeda, dari Gen Z hingga era Baby Boomers. Lantas apakah dengan banyaknya perbedaan antar generasi ini akan menjadi masalah untuk perusahaan kedepannya? Atau malah akan lebih banyak memberikan keuntungan? Buat kalian yang penasaran berikut ini akan kami jelaskan 10 cara menghadapi generation gap di lingkungan kerja. Selamat membaca.
Apa itu Generation Gap di lingkungan kerja?
Generation gap atau kesenjangan antar generasi adalah perbedaan perilaku dan pandangan antara kelompok orang yang lahir pada waktu atau generasi yang sangat berbeda. Hal ini dikarenakan setiap generasi pasti tumbuh dalam konteks yang berbeda dan juga sebagai akibatnya. Hal ini mungkin yang membuat Silent Generation biasanya digambarkan sangat konservatif, sementara generasi Baby Boomer mungkin menunjukkan tindakan yang lebih liberal. Di sisi lain, Gen Z amatlah bergantung pada teknologi dan nyaman menggunakan platform media sosial, sementara generasi yang lebih tua dibawahnya mungkin lebih menyukai bentuk komunikasi secara verbal atau tatap muka.
Bagaimana cara menghadapi kesenjangan generasi?
Manajemen adalah kata kunci yang dipakai untuk mendamaikan generasi yang berbeda di tempat kerja. Pengaturan manajemen dapat dikatakan sukses jika memberdayakan karyawan untuk melakukan hal-hal dengan cara mereka sendiri dan mempromosikan budaya untuk terus belajar. Manajer dalam hal ini juga harus mendorong setiap karyawan untuk membawa kreativitas mereka dan memikirkan kembali cara mereka melaksanakan tugas agar terus bisa berproses. Ketika berbicara tentang mengelola generasi muda, generasi yang lebih tua kiranya sangatlah sering memberikan waktu pada sifat-sifat positif yang bisa dilestarikan namun terkadang memaksakan kebijaksanaan dan pengetahuan yang sama dengan seusia mereka.
Untuk memastikan program perencanaan di perusahaan berjalan lancar, amatlah penting bagi sebuah organisasi untuk memasukkan manajemen perubahan atau metodologi yang digunakan untuk melibatkan karyawan sehingga mereka terdorong untuk mendukung tujuan bersama. Namun sebelum memperkenalkan teknologi baru, manajemen kiranya harus bekerja untuk memastikan seluruh staf memahami bagaimana hal itu akan menguntungkan mereka dan perusahaan. Penting juga bagi karyawan untuk menerima pelatihan yang memadai sehingga mereka dapat mulai bekerja dengan alat-alat baru ini.
Dengan total 61 juta Gen Z (mereka yang lahir setelah 1996) yang akan segera memasuki angkatan kerja dan berkembangnya tenaga kerja, maka dapat dipastikan akan ada kemungkinan-kemungkinan baru yang dapat dibawa oleh mereka dan kemampuan unik mereka dalam memecahkan masalah ke tempat kerja. Namun seperti biasa, generasi Baby Boomers dan Gen X mulanya pasti akan memandang keragaman ini adalah hal yang menyenggol tentang keadilan dan perlindungan. Tetapi disisi lain untuk para Milenial dan Gen Z, keragaman ini akan menjadi lingkungan kolaboratif yang positif serta melibatkan semua individu yang memiliki ide brilian, pengalaman positif, dan perspektif yang berbeda.
Baca juga: Pengertian Gaslighting dan 10 Cara Mengatasinya di Tempat Kerja
10 Cara menghapi generation gap di lingkungan kerja
1. Periksalah diri sendiri, jangan hakimi seseorang berdasarkan umur
Jangan pernah berasumsi atau menghakimi atasan atau rekan kerja kamu yang tidak memiliki pengalaman kerja seperti kamu. Hal yang kamu lakukan sekarang mungkin terlihat keren dan mudah bagi kamu. Tapi generasi diatas kamu bisa saja punya pandangan yang berbeda akan banyak hal. Maka dari itu, sebagai seorang rekan kerja, tidak peduli seberapa muda dirimu, mungkin bisa menahan diri berkomentar pedas, apalagi yang berhubungan dengan teknologi. Untuk kamu yang lebih tua juga bisa loh dengan legowo atau tidak sungkan jika sedang memberikan pertolongan.
2. Mendengarkan dan memahami
Selanjutnya, kamu perlu belajar mendengarkan dan memahami orang yang lebih tua. Begitu juga sebaliknya bagi para generasi X dan Baby Boomers. Lantaran, sebatas menerima pemikiran dan mencerna pengertiannya justru akan semakin mendekatkan kalian. Ketika belajar untuk memahami, berarti kalian akan menempatkan diri dari sudut pandang lainnya. Dengan begitu, kamu maupun generasi yang lebih tua bisa lebih memahami perasaan dan keinginan satu sama lain. Terlebih, ini juga bakal mengurangi kesenjangan yang ada.
3. Pastikan keragamanan di dalam tim
Pada awal pembentukan tim, kamu mungkin ingin mendorong anggota tim untuk menetapkan aturan dasar meningkatkan konektivitas dalam tim. Selain itu, kamu dapat menetapkan tantangan kompetitif untuk membantu membangun pola pikir tim. Keberhasilan tantangan akan tergantung pada bagaimana anggota tim bekerja sama daripada hasil apa yang mereka capai. Terlibat dalam sesi umpan balik di akhir proyek. Mintalah setiap orang untuk berbagi wawasan yang dia pelajari tentang nilai kerja sama terlepas dari usia atau keragaman lainnya. Mintalah orang-orang untuk berbagi kesamaan yang mereka amati. Terakhir, jelaskan kepada mereka bagaimana kesamaan itu cocok dengan aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan.
4. Memberikan tantangan kepada tim kamu
Ketika kamu menantang tim kamu untuk meningkatkan kualitas atau produktivitas, sifat terbaik mereka akan muncul. Kamu mungkin menghadapi perlawanan pada awalnya, tetapi kamu perlu melatih mereka melewatinya. Salah satu tantangan tersebut adalah bagaimana menaklukkan perbedaan generasi ini dan menjadikannya suatu pelajaran berharga bagi individu maupun tim.
5. Meningkatkan disiplin
Salah satu karakter yang harus dimiliki oleh setiap karyawan adalah karakter disiplin. Sikap disiplin yang dimiliki oleh tiap karyawan tentu akan meningkatkan kualitas kinerjanya. Maka produktivitas karyawan akan semakin meningkat sehingga pekerjaan bisa dilakukan secara lebih efektif. Disiplin kerja sebenarnya harus dimiliki oleh siapa saja baik karyawan muda maupun karyawan yang lebih tua. Tidak hanya itu saja tetapi komitmen yang mendukung adanya sikap disiplin juga sebaiknya dimiliki oleh setiap karyawan di suatu perusahaan tak peduli muda ataupun tua. Dengan demikian maka seluruh karyawan dapat bekerja sama untuk kemajuan perusahaan. Lebih jauhnya hal ini juga dapat mendukung adanya kemajuan kinerja karyawan itu sendiri.
6. Peka terhadap cara kamu berkomunikasi dengan generasi yang berbeda
Karyawan generasi yang lebih tua lebih memilih komunikasi tatap muka. Karyawan yang lebih muda lebih memilih metode komunikasi elektronik. Maka, kamu harus memposisikan diri bagaimana berhadapan dan berkomunikasi dengan orang yang lebih tua maupun muda.
7. Jangan ragu melontar ide
Pekerja muda dikenal sebagai generasi yang kreatif, analitis, berani, dan kolaboratif. Di dunia kerja, karakteristik ini bisa menjadi kelebihan dan kekurangan. Menjadi kelebihan ketika sifat-sifat tersebut menjadikan pekerja muda lebih produktif dalam melontarkan ide-ide out of the box, pemikiran yang segar, kreatif, dan berani yang memajukan perusahaan. Di sisi lain, kecenderungannya untuk kolaboratif menjadikan millennial dan Gen Z relatif tidak nyaman dengan sistem kerja hirarkis. Alhasil, muncul konotasi bahwa pekerja muda zaman sekarang cenderung susah diatur.
Ketimbang terjebak dalam label itu, sebaiknya kamu fokus menonjolkan kelebihan sebagai generasi yang kreatif dan berani. Jangan ragu melontarkan ide-ide segar untuk mendukung produktivitas kerja bersama. Atasan dari generasi terdahulu niscaya akan lebih memahami kecenderungan kamu memilih kolaborasi ketika itu diimbangi dengan produktivitas nyata yang berdampak pada kemajuan perusahaan.
8. Menjadi fleksibel dan menyesuaikan gaya komunikasi
untuk menjangkau generasi yang lebih tua ataupun yang lebih muda. Akronim “TAP” dapat membantu kamu mengingat komponen komunikasi.
• T adalah untuk “to-the-point.” Buat komunikasi kamu lebih ringkas dan tidak berbelit.
• A adalah untuk “Adaptable/beradaptasi.” Bersikaplah fleksibel dan ubah cara kamu berkomunikasi, tunjukkan pemahaman dan kepedulian kamu terhadap perasaan orang lain. Berusahalah untuk menelepon atau berbicara dengan karyawan yang lebih tua secara langsung (lisan) daripada menggunakan alat elektronik. Jangkau pekerja generasi muda melalui email atau pesan instan, tunjukkan kepada mereka bahwa kamu menghargai kebutuhan mereka. Jika kamu perlu menghubungi semua karyawan melalui email, sediakan diri kamu untuk bisa dihubungi dengan memberi tahu mereka bahwa mereka dapat membalas email, menelepon atau mengunjungi kamu secara langsung jika mereka memiliki pertanyaan.
• P adalah untuk “profesional.” Gunakan salam dan tutup komunikasi kamu dengan benar dan profesional. Karyawan yang lebih tua mengharapkan profesionalisme ini sebagai rasa hormat. Dan untuk karyawan yang lebih muda, gaya komunikasi profesional kamu akan menjadi contoh.
9. Menyatukan visi
Terjadinya kesenjangan generasi di suatu perusahaan memang seolah tidak dapat dihindarkan. Hal ini bahkan bisa saja mengakibatkan terjadinya konflik. Namun tentunya konflik dapat dihindarkan jika di antara generasi muda dan generasi tua terdapat visi yang sama. Kesamaan visi ini nantinya akan mendukung terjadinya kerukunan di antara para keryawan. Kerja sama juga akan semakin meningkat sehingga operasional perusahaan bisa berjalan dengan baik dan lancar. Untuk itu perlu dilakukan penanaman visi yang sama sehingga para karyawan dapat bersatu padu untuk mencapai visi perusahaan.
10. Temukan sebuah kesepakatan
Faktanya, setiap orang pasti akan selalu menemukan perselisihan pendapat dengan orang lain. Hal itu pun berlaku dalam dunia pekerjaan. Akan tetapi, memaksakan kehendak dari sisi masing-masing bukanlah solusinya. Ada saat-saat di mana penegasan merupakan jalan terbaik. Lebih baik lagi apabila kamu dan generasi yang lebih tua, baik generasi Baby Boomers, Gen X, dan Milenial bisa menemukan sebuah kesepakatan untuk menentukan solusi yang tepat. Dengan begini kalian justru bisa semakin dekat.
Baca juga: 10 Life Skill yang Wajib Dimiliki Di Dunia Kerja Pada Tahun 2022
Apa keuntungan dari Generation Gap di tempat kerja?
Perbedaan dan variasi generasi di tempat kerja seringkali membuat perpecahan di dalam organisasi, tetapi tidak hanya hal-hal buruk yang terjadi, namun ada keuntungan dari kesenjangan generasi, yaitu:
1. Mendorong inovasi
Sebuah studi oleh Forbes Insights di antara lebih dari 300 perusahaan global besar menunjukkan bahwa keragaman adalah pendorong utama inovasi. Serangkaian pengalaman, perspektif, dan latar belakang yang beragam sangat penting untuk inovasi dan pengembangan ide-ide baru.
2. Keragaman keterampilan
Penelitian telah menyebutkan bahwa Baby Boomers lebih banyak menggunakan panggilan telepon dan e-mail untuk membangun hubungan dan memperkuat keterampilan interpersonal mereka. Generasi muda cenderung memiliki keterampilan digital yang lebih kuat. Keuntungan keragaman tenaga kerja multigenerasi adalah setiap generasi dapat membawa keterampilan yang berbeda juga. Seringkali, keterampilan ini akan saling melengkapi yang menciptakan peluang besar untuk ikatan tim antar generasi.
3. Memiliki banyak perspektif
Cara berpikir tiap generasi yang berbeda-beda tentang dunia dan tempat kerja. Setiap generasi akan memiliki proses berpikir yang berbeda. Oleh karena itu, tenaga kerja multi generasi akan menjadi sumber perspektif yang berbeda-beda tentang setiap subjek dan ide yang muncul. Hal ini dapat saling memperkaya pola pandang bersama.
4. Menguji masa depan tenaga kerja
Banyak organisasi berpikir tentang masa depan. Dan saat ini dikenal sebagai dunia digitalisasi yang cepat. Banyak orang yang memasuki masa pensiun, dan luasnya pasar rekrutmen yang sebagian besar didorong karena banyaknya kandidat.
Kabar baiknya adalah, situasi ini dapat menjadi contoh yang bagus tentang bagaimana organisasi dapat mengambil manfaat dari perbedaan generasi di tempat kerja.
Memiliki tenaga kerja multigenerasi memungkinkan perusahaan meluncurkan inisiatif seperti program mentoring dua arah. Bakat yang matang dapat berbagi pengetahuan, pengalaman, dan keterampilannya dengan generasi muda dan sebaliknya.
Pendampingan semacam ini, terutama ketika bagian dari perencanaan tenaga kerja strategis yang baik, dapat memastikan transfer keterampilan yang bermanfaat. Di satu sisi, kamu memiliki sekelompok karyawan yang lebih muda yang sepenuhnya siap untuk mengambil alih ketika saatnya tiba.
5. Sebuah keunggulan kompetitif
Tenaga kerja multigenerasi memberi kamu keunggulan kompetitif. Memiliki beberapa generasi yang bekerja di organisasi kamu membuat perusahaan kamu lebih menarik bagi calon karyawan yang lebih luas, calon pelanggan dan kandidat. Di saat keragaman gender, etnis, dan tingkat usia menjadi topik hangat, dengan adanya multigenerasi di perusahaan jelas merupakan nilai tambah bagi perusahaan tersebut.
6. Performa dan produktivitas yang lebih baik
Menurut penelitian, bahwa keragaman generasi dapat meningkatkan kinerja organisasi dan praktik SDM yang meningkatkan iklim keragaman usia di sebuah perusahaan. Hal ini berpotensi untuk lebih meningkatkan kinerja karyawan dan mengurangi pergantian karyawan. Menurut penelitian yang sama, baik pekerja yang lebih tua maupun yang lebih muda lebih produktif di perusahaan dengan tim kerja yang beragam.
Setiap generasi memiliki berbagai macam keterampilan, keyakinan, dan kompetensi uniknya sendiri dan bersama-sama mereka dapat mendorong organisasi dan masyarakat menuju pencapaian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Jadi, mari kita mulai merangkul perbedaan generasi di tempat kerja sekarang!