Merintis bisnis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memang bukanlah hal yang mudah. Manajemen anggaran dan keuangan menjadi salah satu tantangan terbesar, terutama bagi seorang pebisnis pemula. Meskipun berhasil mendapatkan modal untuk memulai, pengelolaan uang tersebut justru menjadi tantangan baru yang jauh lebih besar. Alih-alih bisnis berkembang, manajemen finansial yang buruk justru akan mengantarkan bisnis kecil kamu pada kegagalan. Penelitian yang dilakukan oleh beberapa bank di Amerika Serikat bahkan menyatakan bahwa 1 dari 5 bisnis dengan skala kecil menengah akan gagal di tahun pertama mereka berjalan, dan 82%-nya disebabkan oleh manajemen cash-flow yang berantakan. Agar usaha kamu tidak jatuh seperti itu, berikut ini akan kami bahas 10 kesalahan keuangan bisnis UKM yang sering dilakukan. Selamat membaca!
10 Kesalahan keuangan bisnis UKM yang sering dilakukan
1. Memasang harga yang terlalu murah
Persaingan yang ketat membuat pelaku bisnis UKM kadang kali memasang harga rendah untuk produknya. Mereka berpikir bahwa memberikan harga terendah bisa menarik minat konsumen. Padahal, hal ini tidak selalu benar. Dengan memasang harga terendah, pasti ada kualitas yang diabaikan. Terlebih, tidak semua konsumen memprioritaskan harga murah. Ada konsumen yang rela membeli dengan harga sedikit mahal asal mereka bisa mendapatkan kualitas yang lebih oke. Kabar buruknya, kamu akan kehilangan konsumen semacam ini. Sayang, bukan? Jadi, menurunkan harga terlalu rendah bukan jawaban untuk meraup keuntungan.
2. Tidak menyusun anggaran yang pasti
Tentunya kamu berharap bisnis yang kamu lakukan bertahan untuk waktu yang lama, bukan? Untuk itu, kamu harus serius menyusun anggaran yang jelas. Bisnis tanpa anggaran yang jelas akan membuat kamu kebingungan ke mana uang akan dibelanjakan. Buat anggaran secara terstruktur, mulai bulanan hingga tahunan. Dengan menyusun anggaran, kamu bisa tahu berapa besar biaya operasional yang diperlukan, berapa uang yang harus kamu hemat, dan sebagainya. Dengan begitu, keuangan bisnis UKM kamu bisa lebih terpantau.
3. Masih menggunakan rekening bersama
Tidak sedikit para pelaku UKM yang masih menggunakan rekening pribadi untuk menyimpan pemasukan dan pengeluaran keuangan mereka. Kesalahan paling mendasar ini menyebabkan uang pribadi dan uang hasil usaha tercampur sehingga menyulitkan saat pengelolaan anggaran. Seharusnya para pelaku UKM harus bisa memisahkan mana rekening pribadi dan mana rekening khusus untuk usaha. Ini penting dilakukan agar tidak ada lagi uang yang tercampur. Keuntungan memiliki rekening terpisah adalah alur kas bisa dikontrol. Apalagi, usaha yang dilakoni adalah toko online atau online shop yang memungkinkan setiap transaksinya menggunakan transfer lewat rekening bank. Dengan demikian, bagi para entreprenuer khususnya pelaku UKM, bisa mulai dari sekarang untuk memisahkan mana rekening pribadi dan mana rekening khusus untuk bisnis.
Baca juga: 10 Tips Manajemen Waktu untuk Pemilik Bisnis Rumahan dan UMKM
4. Tak punya catatan pengeluaran
Para pelaku UKM masih banyak yang belum terpapar pemahaman literasi bisnis. Artinya masih banyak pelaku UKM yang masih menggunakan cara konvensional dalam menjalankan bisnisnya. Misalnya, seorang pedagang bakso dalam sehari mengeluarkan modal Rp300.000. Pendapatan yang diperoleh per harinya mencapai Rp600.000. Adapun laba bersihnya mencapai Rp200.000. Dari pendapatan harian tersebut, ia mengalokasikan untuk modal, uang makan, dan kebutuhan keluarga lainnya tanpa mencatat secara jelas dan detail pengeluaran tersebut. Baiknya, para pelaku UKM harus sudah membuat buku catatan, alur kas atau cashflow berapa pendapatan, laba, pengeluaran dan lain-lain. Dengan mencatat alur kas atau uang yang masuk dan keluar akan meningkatkan pemahaman literasi keuangan dengan sendirinya. Sehingga catatan cashflow tersebut bisa membuat pelaku UKM profesional dalam mengelola keuangan bisnisnya. Ingat, hampir semua perusahaan besar bermula dari usaha kecil. Jika sejak menjadi pelaku UKM kamu sudah baik mengelola keuanga, maka bukan mustahil ketika perusahaan kamu akan semakin besar, manajerial keuangan perusahaan akan semakin baik.
5. Masih menganut harga teman
Meskipun kamu sedang merintis usaha kecil-kecilan, namun kamu tetap harus profesional menjual produk kepada konsumen. Jangan sampai karena kedekatan keluarga, saudara, atau kerabat, kamu menjual produk dengan ‘harga teman’ kepada mereka. Ingat, bisnis adalah bisnis. Bisnis tidak memandang orang terdekat sebagai pengecualian. Ketika kamu menjual baju atau celana dengan harga Rp200.000 kepada orang lain, bukan berarti kamu harus menjual Rp100.000 karena ‘harga teman’ kepada tetangga atau orang terdekat.
6. Belanja mendadak
Faktor berikutnya yang menyebabkan keuangan bisnis UKM menjadi tidak stabil adalah belanja secara tiba-tiba (diluar perhitungan awal) dan berlebihan. Hal inilah yang menyebabkan anggaran yang seharusnya digunakan untuk menutup keperluan tertentu, malah habis untuk pengeluaran mendadak tadi sehingga mengakibatkan cash flow kamu menjadi berantakan. Bahkan “kebiasaan” seperti ini berpotensi memakan margin profit yang seharusnya diamankan. Nah, untuk menghindari hal ini, sebaiknya kamu menganggarkan secara khusus dana tak terduga, yang memang diperlukan untuk kelancaran proses produksi. Pastikan juga kamu memiliki skala prioritas belanja dan keuangan bisnis yang terukur.
7. Jualan laris, foya-foya
Mungkin salah satu dari kamu ada yang pernah atau sering mengalami dagangan laris. Biasanya ketika dagangan laris, kamu akan tergoda untuk membelanjakan hasil penjualan kamu untuk foya-foya. “Dagangan gua laris nih. Kalian gua traktir deh, mau makan apa aja bebas.” Contoh pernyataan di atas boleh-boleh saja dilakukan untuk sekedar mengapresiasi diri atas kinerja usaha kamu yang sedang bagus. Namun, jangan sampai kebiasaan tersebut dilakukan sesering mungkin. Karena kembali lagi ke poin sebelumnya, usahakan uang hasil penjualan harus tercatat dengan baik agar memudahkan saat mengevaluasi bisnis kamu ke depan.
Baca juga: 10 Cara Efektif Menentukan Target Pasar Untuk Bisnis UMKM
8. Hasil usaha tidak diinvestasikan
Setiap menjalankan bisnis, seseorang harus memiliki rencana jangka pendek, menengah, hingga jangka panjang. Artinya, bisnis yang dijalankan harus bertahap dari UKM, menengah hingga menjadi perusahaan besar. Pengembangan bisnis tentu saja tidak akan berhasil jika keuntungan yang didapat tidak pernah dialokasikan untuk tabungan atau investasi. Oleh karena itu, setiap keuntungan usaha yang diperoleh setiap hari atau setiap bulannya sebaiknya dialokasikan untuk diinvestasikan. Saat ini banyak instrumen investasi yang bisa dijalankan oleh hampir seluruh masyarakat mulai dari emas, reksa dana hingga saham. Pemerintah saat ini tengah gencar mempromosikan agar masyarakat aktif berinvestasi di pasar modal seiring jangkauannya sudah semakin mudah. Dengan belajar mengelola keuangan dari kesalahan-kesalahan seperti di atas, maka niscaya bisnis yang dijalankan akan lebih berkembang. Dengan begitu, target jumlah entrepreneur di Indonesia perlahan bisa lebih besar atau tidak stagnan di angka 3,01%.
9. Ingin menyelesaikannya sendiri
Pada saat bisnis mulai berjalan, para pengusaha mungkin masih sanggup dalam menangani seluruh urusan pembukuan dalam perusahaannya sendiri, termasuk mencatat dan membuat laporan keungan yang sederhana. Namun, seiring berjalannya waktu dan berkembangnya bisnis kamu, maka akan ada banyak pencatatan dan akun yang harus kamu lakukan, sehingga tidak memungkinkan bagi kamu untuk melakukannya sendiri karena akan membutuhkan banyak waktu dan tenaga. Terkadang, mengeluarkan sedikit uang untuk merekrut seorang akuntan dan membeli software akuntansi dianggap perlu, karena proses pembukuan ini bisa sangat membebani kamu. Namun dengan melakukan hal tersebut, maka kamu hanya perlu memikirkan tentang investasi besar untuk mendukung bisnis yang lebih efektif lagi. Menangani semuanya sendiri hanya akan menyita banyak waktu kamu dan akan rentan menimbulkan kesalahan dalam proses pencatatan.
10. Kesalahan dalam pembukuan
Pada tahun-tahun pertama bisnis berdiri, biasanya pemilik usaha lebih memilih untuk mengatur pembukuan dan keuangannya seorang diri. Berbekal informasi yang sangat terbatas, yang mungkin hanya didapat melalui internet. Akan tetapi seiring berkembangnya bisnis yang kamu jalankan, pembukuan juga menjadi hal krusial yang sudah tidak bisa diabaikan. Kesalahan yang terjadi dalam proses pencatatan keuangan akan menyebabkan bisnis kamu berantakan dan berakhir pada kegagalan.