Dampak pandemi terhadap kehidupan berniaga belum juga mereda. Menurut Kementerian Tenaga Kerja hingga November 2020 lalu, ada sekitar 1 juta orang yang dirumahkan dan lebih dari 380.000 orang pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Ini belum termasuk karyawan yang mengalami pemotongan gaji, dirumahkan (cuti tanpa digaji), dan sebagainya. Sekelumit masalah ini membuat banyak orang kesulitan menyicil kredit. Bagaimana tips melunasi kredit saat ekonomi melemah akibat pandemi? Ini bisa terjadi karena pendapatan seseorang menurun atau hilang sama sekali, namun tagihan kredit terus berjalan. Sehingga, debt service ratio atau perbandingan antara utang dengan penghasilan yang dimiliki sesorang melewati batas sehat, yakni 35%. Apakah kamu mengalami polemik serupa? Jika ya, kami memiliki 8 tips cara melunasi kredit saat ekonomi melemah akibat pandemi. Semoga strategi ini bisa membantu kamu ya!
8 Tips cara melunasi kredit saat ekonomi melemah akibat pandemi
1. Restrukturisasi kredit
Bagi kamu yang menerima pinjaman dari perbankan atau multifinance, cara pertama untuk memperbaiki kemampuan melunasi kredit adalah dengan mengajukan permohonan restrukturisasi. Asal tahu saja, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengizinkan industri perbankan juga multifinance untuk melakukan restrukturisasi kredit atau pinjaman dari nasabah yang terdampak COVID-19.
Untuk bisa merestrukturisasi utang, ada beberapa syarat yang perlu kamu penuhi. Salah satunya, nasabah harus memiliki status kredit lancar sebelum mengajukan permohonan restrukturisasi. Restrukturisasi ini diberikan dalam bentuk memperpanjang tenor pembayaran atau menunda jatuh tempo pembayaran bunga, dan bukan pemotongan nilai pokok utang.
Baca juga: 8 Peluang Agribisnis yang Menjanjikan dan Menguntungkan
2. Tidak menambah utang modal kerja
Bagi kamu yang memiliki bisnis, menggunakan pinjaman untuk modal kerja memang sah-sah saja. Namun di saat pandemi, akan lebih bijak jika kamu tidak memperbesar nilai pinjaman untuk modal kerja. Bila perlu, kamu sebaiknya mengurangi porsi pendanaan modal kerja dari pinjaman. Alasannya, iklim bisnis di masa pandemi sulit untuk diprediksi.
Di saat penyebaran virus corona belum mereda, siapa yang bisa menebak penurunan atau peningkatan jumlah kasus COVID-19? Lalu, jika terjadi peningkatan kasus, siapa yang bisa menebak kebijakan apa yang akan diambil pemerintah ke depan dan bagaimana dampaknya terhadap bisnis? Atau yang lebih penting lagi, siapa yang tahu seperti apa perilaku konsumen di masa pandemi? Jadi, lebih baik kamu berusaha menjalankan bisnis dengan kas internal yang kamu miliki saat ini.
3. Melakukan negosiasi ulang berbagai biaya tetap
Untuk memperbaiki kemampuan melunasi kredit, kamu juga bisa juga mengutak-atik pos pengeluaran rutin kamu. Dari berbagai biaya tetap tersebut, cari tahu apa saja biaya yang nilainya bisa kamu negosiasikan, seperti biaya kontrakan, biaya sewa toko, SPP sekolah anak, uang les, dan sebagainya. Jika berhasil menawar ulang biaya tetap, kamu akan memangkas nilai pengeluaran. Ini berarti, kamu bisa menambah alokasi dana untuk keperluan lain yang lebih mendesak seperti dana darurat.
4. Mencari sumber pendanaan alternatif
Jika kamu memiliki kebutuhan yang tak bisa ditawar lagi di masa pandemi ini, cobalah untuk mencari sumber pendanaan alternatif. Yang dimaksud alternatif di sini adalah pendanaan yang tidak memiliki biaya tinggi. Untuk kamu yang berstatus karyawan, contoh sumber pendanaan dengan biaya rendah yang bisa kamu pilih adalah pinjaman dari kantor. Atau, jika kamu merupakan anggota dari sebuah koperasi simpan pinjam, kamu bisa juga memanfaatkan pinjaman koperasi.
5. Menggunakan dana darurat untuk menutup kredit
Jika kemampuan melunasi kredit kamu merosot seiring dengan penurunan pendapatan, maka cara paling jitu untuk memperbaikinya adalah memangkas utang. Cobalah telusuri utang apa saja yang bisa kamu tutup dengan memanfaatkan sumber dana yang tersedia. Salah satu sumber dana yang bisa kamu gunakan untuk menutup utang di masa pandemi adalah dana darurat.
6. Menunda kebutuhan yang bukan prioritas
Untuk menghadapi ancaman penurunan pendapatan, berhemat merupakan kata kunci yang tidak boleh dilupakan. Nah, ada berbagai bentuk penghematan yang bisa dilakukan. Selain menegosiasikan ulang biaya tetap seperti yang telah dituturkan di atas, kamu bisa juga berhemat dengan menunda kebutuhan yang tidak masuk dalam daftar prioritas.
Di masa physical distancing seperti sekarang ini, di mana kamu dan keluarga lebih banyak beraktivitas di rumah, maka kebutuhan internet dan gadget lebih mendesak ketimbang kebutuhan baju baru. Dengan menunda pengeluaran yang tidak perlu, maka kamu bisa mengalokasikan pendapatan untuk kebutuhan lain yang lebih penting.
7. Menjual aset
Selain mencari sumber dana yang biayanya rendah, kamu bisa juga menjual aset untuk memulihkan kembali kemampuan melunasi utang di saat pendapatan merosot. Ya, tidak perlu gengsi untuk mengambil langkah ini. Coba telisik daftar aset yang kamu miliki saat ini. PIlihlah aset yang mudah terjual dalam harga yang menguntungkan, misalnya gadget yang nilainya di atas Rp10 juta, emas, produk fashion bermerek, barang antik, koleksi jam tangan, koleksi barang hobi, dan sebagainya.
Baca juga: Apa itu Pandemic Fatigue? Mengapa Hal Ini Berbahaya di era Pandemi?
8. Pertahankan polis asuransi
Di masa pandemi, saat arus masuk uang seret, penghematan memang langkah yang tidak terelakkan. Namun yang perlu diingat, jangan sampai kamu asal memotong biaya. Cermati baik-baik manfaat yang bisa kamu petik dari setiap biaya. Salah satu pos pengeluaran yang seharusnya kamu pertahankan adalah pembayaran premi asuransi. Alasannya, kamu tidak pernah tahu kapan risiko akan datang. Apalagi, di masa sekarang ini, kemungkinan risiko jatuh sakit justru meningkat. Alasan selanjutnya, uang pertanggungan (UP) asuransi jiwa akan menyelamatkan keluarga kamu dari lilitan utang jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada kamu, seperti kecelakaan atau tutup usia.