Krisis ekonomi yang terjadi akibat pandemi virus Corona atau Covid-19 menyebabkan perilaku konsumen berubah drastis. Sejumlah ahli pun meramalkan adanya kemunculan fase normal baru atau sudah kita dengar sebagai New Normal. Yang menarik, masih ada sebagian kecil entrepreneur yang justru melihat peluang untuk dikembangkan di balik keganasan pandemi ini. Lantas, langkah apa yang paling efektif perlu dilakukan oleh para pebisnis agar bisa beradaptasi dan menjual produk mereka? Berikut kami hadirkan 10 strategi penjualan yang efektif saat fase New Normal. Semoga membantu para pelaku usaha kecil dan menengah!
10 Strategi penjualan yang efektif saat fase new normal
1. Menerima perubahan
Psikolog klinis Personal Growth Veronica Adesla menjelaskan, langkah pertama yang perlu dilakukan oleh para pebisnis adalah menerima perubahan yang terjadi. “Terima bahwa perubahan tidak dapat dihindari dan kita harus berpartisipasi bahu membahu di dalamnya untuk kepentingan bersama,” kata Veronica Adesla. Dengan menerima artinya kamu meyakini ada perubahan yang terjadi dan siap hidup berdampingan dengan perubahan tersebut. Menerima perubahan yang terjadi dapat membuat seseorang lebih mudah untuk beradaptasi.
2. Menyesuaikan diri
Setelah menerima perubahan, langkah kedua yang dapat dilakukan adalah menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Menyesuaikan diri tak hanya terjadi pada produk dan pemasaran, tapi juga aspek lain yang mendukung pekerjaan. Misalnya, kesehatan yang prima agar dapat bekerja dengan lancar. Untuk mendapatkan kesehatan yang prima di tengah new normal maka harus dapat menjalani hidup sehat dan seimbang dengan makan teratur, memperbanyak sayur dan buah, menjaga kebersihan, dan sebagainya.
3. Riset konsumen
Sedangkan untuk strategi penjualan, riset konsumen yang sesuai pasar merupakan tahap awal yang paling efektif di masa New normal. Tujuannya tak lain untuk mengenali ke mana bisnis akan melaju dan mengantisipasi hal yang bisa terjadi ke depan. Melalui riset konsumen, kamu bisa memahami perubahan selera, daya beli, serta pendapat mereka tentang produk kamu. Komponen tersebut akan membantu kamu menentukan produk, lokasi, harga, dan pola promosi bisnis kamu ke depan.
Baca juga: 10 Ide Usaha Sampingan Yang Bisa Dilakukan Di Rumah Kala Corona
4. Evaluasi produk
Menjelang periode New Normal, mengevaluasi kembali produk kamu merupakan hal yang penting untuk menjamin keberlanjutan usaha. Hal ini dikarenakan konsumen cenderung bimbang memilih produk yang tepat. Mereka lebih selektif memilih produk yang mereka konsumsi, dan ingin produk berkualitas bagus dengan harga terjangkau. Perilaku itu muncul karena kondisi keuangan konsumen yang belum stabil sehingga mereka lebih berhati-hati dan waspada dengan kemungkinan krisis yang kembali datang. Maka itu, konsumen cenderung beralih ke produk dengan harga relatif lebih murah dibanding produk bermerek terkenal.
5. Menerapkan konsep Value > Harga
Sebuah artikel yang diterbitkan perusahaan konsultan manajemen multinasional McKinsey & Company mengungkapkan konsumen pada fase New Normal akan cenderung memperhatikan nilai. Konsumen lebih berfokus pada produk yang memiliki fungsi dan nilai untuk memenuhi kebutuhan, dibanding memenuhi keinginan dan ego gengsi semata. Maka itu, pengusaha disarankan menjual produk dengan nilai fungsi yang tinggi namun juga memiliki harga jual realistis.
6. Perhatikan kompetisi
Tak hanya riset konsumen, kamu juga perlu melakukan riset terhadap kompetitor agar mengetahui di mana posisi tawar kamu sejauh ini di mata masyarakat. “Know your enemy” sebelum maju ke medan perang adalah hal yang perlu dilakukan untuk kamu terjun ke fase New Normal. Adapun, riset ini harus melibatkan data yang akurat agar pada akhirnya konsumen lebih memilih produk kamu dibanding produk kompetitor.
7. Pengusaha perlu membangun kembali awareness produk
Konsumen juga dianggap tak menghiraukan keberadaan brand tertentu dan memandang seluruh produk pada perspektif netral. Mereka lebih berfokus pada kekhawatiran apakah krisis akan kembali datang, apakah brand tertentu baik-baik saja atau terdampak krisis? Untuk itu, pengusaha perlu membangun kembali awareness produk mereka. Perubahan perilaku lain yang mirip dengan ini adalah munculnya tren pembelian produk secara berkelompok untuk mengambil manfaat dari sisi efisiensi harga produk itu sendiri. Maka itu, perusahaan dituntut mengakomodir perilaku konsumen tersebut.
Baca juga: 10 Tips Sehat Menjaga Imunitas di Kantor Untuk Mencegah Corona
8. Siapkan produk dalam bentuk digital
Perusahaan analisis data dan kecerdasan buatan ADA juga meneliti terjadi perubahan drastis pada rutinitas harian masyarakat yang menghasilkan perilaku konsumen baru. Menurut mereka, konsumen cenderung beradaptasi dengan cara baru untuk memenuhi kebutuhan, misalnya dengan berbelanja online melalui website, media sosial, dan e-commerce, atau bertransaksi dengan berbagai aplikasi. Hal ini menjadi peluang perusahaan untuk berfokus menjual produk melalui saluran online.
9. Jangan abaikan distributor
Saat kondisi ekonomi bergejolak, mayoritas distributor tidak ingin mengambil risiko menanamkan uang dalam bentuk tumpukan barang dagangan dari produsen karena khawatir rugi akibat harga barang akan melorot. Padahal tanpa distributor, kamu akan kesulitan menyuplai barang ke konsumen, seberapa pun bagus dan berkualitasnya produk kamu. Maka itu, sebagai produsen, kamu perlu memberi insentif kepada distributor agar perputaran barang bisa berjalan lancar. Beberapa insentif yang bisa diberikan contohnya: keringanan pembayaran, keringanan pengembalian produk, atau diskon produk. Selain itu, kamu juga bisa memberikan penghargaan lebih agar kedepannya mereka lebih giat dalam menjual produk kamu.
10. Kerja sama dengan semua pihak
Langkah terakhir yang perlu dilakukan pebisnis dalam menghadapi New Normal adalah butuh kerja sama dan saling tolong menolong serta memahami dengan orang terdekat. Di dunia kerja, misalnya, butuh kerja sama saling mendukung dengan kolega, atasan, dan anak buah. Di rumah, kerja sama dibutuhkan pada setiap anggota keluarga untuk saling berkompromi, membagi waktu, memahami satu sama lain. Sedangkan sebagai pebisnis, kamu perlu menyepakati waktu untuk family fun time atau pembagian waktu tugas mengurus anak. Hal ini diperlukan agar kamu bisa fokus bekerja mengurus usaha yang kamu jalankan.