Pernahkah kamu membayangkan jika meme yang iseng kamu buat bisa terjual hingga jutaan rupiah? Hal ini tentu menjadi pertanyaan banyak orang, bagaimana sih caranya hingga apa yang perlu dilakukan? Buat yang penasaran, cerita ini bisa menjadi panjang dan berhubungan dunia NFT yang belum lama ini melesat lewat kisah mahasiswa asal kota Semarang bernama Ghozali.
Pria berumur 22 tahun itu mungkin baru saja viral pekan lalu setelah tiba-tiba “kaya mendadak” dari penjualan swafoto (selfie) meme lewat non-fungible token (NFT). Berbagai sumber melaporkan bahwa pendapatannya dari berdagang selfie meme bertajuk Ghozali Everyday itu bisa mencapai Rp 1,7 miliar pada akhir awal pekan kemarin, Senin 17 Januari 2022, di platform marketplace OpenSea.
Kisah unik Ghozali yang menghebohkan jagat maya di Indonesia ini tentunya bukan satu-satunya kisah unik tentang NFT. Jika kamu telurusi beberapa waktu lalu, bahkan ada account yang rela membeli miliaran rupiah untuk membeli tweet pertama CEO Twitter, Jack Dorsey yang dikirimkan pada tahun 2006 silam. Lantas apa yang membuat ini NFT ini spesial dan mengapa karya seni berbentuk Crypto ini bisa laku miliaran?
Pengertian NFT
NFT alias non-fungible token adalah token yang tak dapat dipertukarkan. NFT adalah token digital yang dikaitkan ke sistem blockchain. Yup, jika kamu dengar blockchain pasti bakal teringat dengan cryptocurrency. Prinsip kerja NFT memang tidak jauh berbeda dengan mata uang kripto. Yang membedakannya, NFT tidak bisa dipertukarkan tetapi bisa diperjualbelikan. Dalam memperjualbelikan sebuah barang, NFT akan berperan sebagai sertifikasi kepemilikan barang tersebut. Untuk saat ini, barang yang ramai diperjualbelikan dengan NFT adalah karya seni.
Apa saja yang bisa ditransaksikan dengan NFT?
Banyak barang yang bisa diperjualbelikan dengan NFT. Meski memang saat ini umumnya hanyalah karya seni yang paling banyak diperdagangkan dengan NFT. Yang menarik, setiap transaksi blockchain akan dicatat secara permanen. Dengan begitu, NFT akan memberikan cara untuk menilai objek secara online oleh sang pemilik. Misalnya, seorang seniman mengaitkan NFT pada karyanya. Dia bisa memasang harga atas setiap NFT yang diperdagangkan.
Baca juga: 10 Nasihat Warren Buffett Tentang Investasi hingga Kehidupan
Bagaimana cara jual-beli NFT?
Bagaimana NFT bisa dijual dan digunakan NFT dapat diaplikasikan ke dalam data apapun selama memiliki keunikan dan memerlukan kepemilikan secara khusus. Seniman bisa mengunggah karya seni mereka secara daring dan membuat NFTnya di situs-situs penjualan atau marketplace seperti contohnya OpenSea dan Binance.
Setelah menjual hasil karyanya sebagai NFT, seniman masih bisa mengklaim hasil karyanya sebagai hak cipta serta dapat menjual karyanya sebagai bagian dari royalti. Pemilik NFT tinggal mengatur persentase royalti yang diharapkan di “smart contract”. Beberapa platform, seperti Metagrail dan Decentraland sudah memanfaatkan fitur ini sehingga pembagiannya sangat akurat dan up to date.
Nilai pendapatan dari royalti tentu akan lebih rendah, namun sistem ini menarik karena bersifat jangka panjang dan berkelanjutan. Hasil karya digital dalam bentuk NFT dapat dijadikan jaminan untuk mengajukan pinjaman/kredit pada jasa keuangan yang menyediakan pinjaman/kredit, selama karya tersebut sudah dipasarkan di marketplace. Jadi pada dasarnya semua orang bisa membuat NFT-nya sendiri. Asal punya dompet kripto, memiliki ETH, dan terkoneksi dengan pasar NFT maka kamu bisa menautkan konten digital dengan NFT.
Lantas, apa sebenarnya NFT dan apakah NFT tergolong investasi?
Menurut pendiri sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Bitocto Milken Jonathan menjelaskan bahwa NFT adalah sebuah konten digital yang terhubung dengan sistem blockchain. Konten digital yang dimaksud, seperti foto, sertifikat, dan musik. “Pada umumnya NFT mengubah sebuah konten digital seperti art, audio file, sertifikat digital, dan foto menjadi one of a kind aset digital yang bisa terverifikasi melalui blockchain,” papar Milken saat menjelaskan pada CNNIndonesia.com.
Lalu, sejumlah pihak mulai menggunakan NFT sebagai investasi dari aspek seni dan barang koleksi dalam bentuk digital. Sebagai contoh, seseorang membeli dan mengoleksi lukisan atau kartu pokemon. Pembeli percaya bahwa NFT yang dibeli akan diminati dalam waktu yang akan datang dan berpotensi membuat harga jual lebih tinggi. Dengan demikian, pembeli akan mendapatkan keuntungan. Meski begitu, masyarakat juga harus hati-hati. Jangan sampai karena NFT sedang heboh, masyarakat asal membeli NFT karena mengharap untung besar.
Pasalnya, NFT tak bisa disebut sebagai aset likuid. Hal ini berarti tak semua barang berbentuk NFT yang dibeli pasti laku ketika dijual kembali. “Saat ini belum (likuid). Masih jauh lebih likuid perdagangan aset kripto pada umumnya,” ucap Milken. Di sisi lain, jika produk berbentuk NFT laris, maka akan memberikan keuntungan bagi pembeli dan penjual. Pembeli akan menikmati cuan ketika ada peminat yang bersedia membeli dengan harga lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Dari sisi penjual, mereka juga akan diuntungkan karena produknya laris lewat NFT. Namun, kata Milken, pemasaran produk lewat NFT harus lebih gencar agar potensi penjualan meningkat.