Membuat produk digital itu tidak sesimpel yang kamu bayangkan. Ada banyak hal yang perlu dipikirkan secara matang-matang, mulai dari perencanaan produk hingga keberlangsungan bisnis. Sayangnya, masih sedikit orang yang benar-benar paham akan hal ini. Akibatnya, potensial profit yang bisa didapatkan oleh mereka dari usaha dalam dimensi produk digital hilang begitu saja. Lantas, langkah apa saja yang perlu dilakukan agar usaha tersebut berjalan lancar? Dibawah ini kami akan bagikan 5 tips sukses dalam membuat produk digital.
Apa itu produk digital?
Mungkin kamu bingung, produk digital apa yang sedang dibahas. Betul, file audio merupakan produk digital, foto di smartphone adalah produk digital. Namun sayang sekali bukan itu yang akan kita bahas. Untuk artikel ini, produk digital yang dimaksud adalah website, software, hingga mobile app. Produk yang di era ini menjadi senjata dalam berdagang karena Indonesia sudah mencanangkan bisnis berbasis teknologi 4.0. Tapi apakah orang yang tidak memiliki background IT bisa menjalankan jenis bisnis ini? Jawabannya bisa! Yuk simak proses membuat produk digital dibawah ini.
Membuat produk digital
1. Ide
Membuat produk digital itu bukanlah hal yang dapat dilakukan sekali langsung jadi. Ada banyak proses yang harus dilewatkan bahkan jauh sebelum produk digital itu menjadi yang diinginkan. Inisiasi ide terhadap solusi yang akan diberikan kepada masyarakat / perusahaan melalui produk digital harus benar-benar jelas. Sebagai perusahaan Software House yang sudah banyak membantu beberapa perusahaan startup untuk membuat produk digital, SoftwareSeni, pun menyebutkan bahawa ada banyak sekali ketidakjelasan ide dalam pengembangan produk digital. Untuk itu, mereka mengharapkan agar ide yang ingin disampaikan itu jelas dan tidak ada keraguan dalam mengembangkannya.
2. Tujuan / Objektif
Kamu pasti memiliki tujuan ketika sudah bulat memutuskan untuk membuat produk digital. Selain tujuan, kamu juga perlu banget membuat objektif agar memiliki tujuan yang berbeda daripada produk digital yang sejenis. Objektif juga akan membantu kamu dalam mengukur tingkat fisibilitas proyek dengan tujuan yang ingin kamu capai.
Baca juga: Inilah Perbedaan Virtual Office dengan Kantor Konvensional
Banyak orang yang keliru. Keliru dalam menentukan tujuan & objektif. Pasalnya, elemen-elemen yang akan kamu masukan sebagai objektif ini lah yang akan menentukan apakah tujuan proyek / bisnis produk digital kamu akan berhasil. Misalnya, kamu sudah bulat memutuskan untuk membuat produk digital untuk jasa pengajar atau guru les.
Tujuan membuat produk digital tersebut tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan guru dan juga meningkatkan daya saing siswa di Indonesia. Objektif dari bisnis tersebut adalah untuk mendapatkan minimal 50 jenis ketrampilan / keilmuan. Memberikan program training / sertifikasi geratis 1 kali setahun bagi tutor / coach yang berprestasi. Dan lain sebagainya. Gimana? Sampai sini sudah cukup jelas?
3. Solusi dan Alternatif
Nah, produk digital itu ada banyak sekali macamnya. Mulai dari website sederhana, software kompleks, hingga aplikasi telepon pintar. Namun dari titik ini, kamu sudah harus bisa menentukan apakah produk digital yang kamu buat bisa memenuhi objektif? Opsi alternatif apa yang kamu punya? Jika memang 1 jenis produk digital saja tidak cukup, mulailah dari seberapa banyak resource yang kamu punya.
4. Finalisasi ide
Yang terpenting, jangan biarkan ide kerenmu diam begitu saja. Produk digital yang sudah kami pikirkan matang-matang ini pun sebaiknya berjalan perlahan sesuai blueprint yang sudah ada, atau istilah kerennya wireframe produk. Dengan begitu, kamu bisa tau harus mulai dari mana, fitur-fitur apa saja yang dibutuhkan, hingga kemungkinan ganjalan dalam berproses.
5. Mulai development
Nah, proses inilah yang akan menjadi titik tumpu proyek IT. Apakah proyek akan berjalan dengan baik, atau kah gagal total? Yang jelas, kehadiran seorang Software Architect ini sangat membantu terhadap keberlangsungan proyek IT.
6. Tes dan tes dan tes lagi
Jangan abaikan step yang satu ini. Banyak “oknum” yang mencoba untuk melewatkan bagian ini karena terlalu memakan banyak waktu. Padahal, melakukan testing produk digital selama beberapa kali akan menentukan kualitas serta ketahanan sistem dari serangan hacker hingga yang paling berbahaya adalah pencurian data.
Selain itu, pastikan user experience dan user interface produk digital layak untuk digunakan oleh user. Jangan sampai, produk digital yang belum lulus quality control bisa launch ke pasaran. Kenapa? Produk digital itu memiliki sistem. Sedangkan sistem itu tidak ada yang sempurna. Semua pasti ada celah. Rangkaian tes ini dipercaya sebagai langkah prefentif dan juga mempersempit celah kelemahan sistem. Bayangkan apa jadinya jika produk yang belum lulus quality control tetapi sudah digunakan oleh banyak user?
7. Implementasi
Selamat! Proses membangun produk digital kamu sudah selesai. Sekarang waktunya implementasi produk digital. Apa saja ya yang harus kamu persiapkan untuk memastikan produk digital untuk bisa bekerja dengan baik?
5 Tips sukses dalam membuat produk digital
1. Memiliki software architect
Peran seorang software architect dalam proses membuat produk digital itu sangatlah penting. Ketika kamu mencetuskan untuk membuat produk digital berupa web app, mobile app, ataupun hybrid app, seorang software architect akan menilai tingkat fisibilitas (kelayakan) dari teknologi yang akan dipakai. Dalam menjalankan jabatan ini, seseorang perlu paham dan menguasai ilmu tentang software developement dari end-to-end. Mulai dari proses design, hingga market. Jika ada ketidaksesuaian terkait dengan teknologi yang akan dipakai sebelum membuat produk digital, Software Architect akan mencari solusi agar proyek bisa terus berjalan dengan baik.
2. Insource / Outsource
Ada dua cara dalam membuat produk digital. Pertama, menggunakan sumber daya manusia yang kamu miliki. Cara ini sering disebut dengan insourcing. Atau langkah kedua yang disebut outsourcing atau bekerja sama dengan vendor Software House Indonesia untuk memastikan proses software development berjalan dengan baik. Apapun langkah yang diambil, pastikan sesuai budget dan kebutuhan produk digital kamu. Jika kamu memiliki kebutuhan yang banyak, namun memiliki kurang atau bahkan tidak punya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan produk digital, cara outsourcing adalah yang paling tepat.
3. Digital Marketing
Apakah produk digital saja sudah cukup? Baik produk digital yang dikomersialkan, maupun digunakan untuk internal perusahaan sama-sama butuh yang namanya marketing. Marketing itu bukan cuma perihal menjual tetapi juga mengedukasi market tentang produk yang ditawarkan. Sehingga, tidak terjadi perbedaan ekspektasi antara perusahaan dengan target market yang berkaitan dengan produk. Salah apabila kamu mengalokasikan 0 rupiah dalam aktivitas digital marketing. Kamu pikir, membuat konten yang original berkualitas dengan kata-kata yang mudah dipahami Google untuk mendapatkan peringkat atas di Google search itu mudah? Apakah social media yang menarik itu bisa dengan mudah dan cepat untuk mendapatkan audience yang tepat? Nyatanya tidak dan marketing menjadi poin penting yang harus dikembangkan dalam hal ini.
Baca juga: Strategi Memulai Bisnis Yang Legal Melalui Virtual Office
4. Inovasi
Inovasi merupakan salah satu cara perusahaan meningkatkan daya saing bisnis mereka. Namun, masih banyak orang yang belum paham akan hal ini. Sehingga, banyak inovasi yang justru berakhir mandeg. Nah agar tidak menjadi sia-sia, inovasi bisa banget diwujudkan dengan berbagai macam cara. Gak melulu produk yang mengalami inovasi. Bisa dengan transformasi digital bisnis, misalnya.
5. Investasi
Oh iya, kamu sudah tahu kan, biaya dan waktu yang kamu pakai untuk membuat produk digital bisa dikategorikan sebagai investasi? Namun, banyak orang yang melihat justru dari pandangan yang berlawanan. Menganggap produk digital merupakan liabilitas mereka. Nah, disinilah semua berasal. Semua biaya yang terpakai dalam membangun produk digital akan dihitung sebagai pengeluaran. Sehingga, banyak perusahaan yang tidak memiliki strategi return of investment (ROI) dari biaya yang telah dikeluarkan untuk membuat produk digital. Akibatnya, banyak orang yang mengorbankan proyek IT demi mendapatkan harga semurah mungkin. Menutup mata akan fungsi dan optimasi produk digital.