6 Ragam Mitos Kerja Remote yang Salah di Mata Orang-Orang

Mitos kerja remote yang salah sepertinya sudah banyak beredar di masyarakat, terutama orang awam. Mulai dari pekerjaan yang terkesan santai, orang-orang yang dianggap lebih banyak menganggur, hingga dicap seperti pekerja lepas. Padahal, kerja remote bukan hanya milik para freelancer, melainkan karyawan tetap sebuah perusahaan juga loh. Nah agar mitos kerja remote yang salah tersebut tidak disalah-pahami di kalangan masyarakat, kami akan share ni 6 fakta dari mitos yang sering kamu dengar saat bekerja remote. Hal-hal ini pasti gak asing dan sering kamu dengar!

Baca juga: Mengetahui Perbedaan Antara Full Remote Work dan Work From Home

6 Ragam mitos kerja remote yang salah di mata orang-orang

1. Produktivitas menurun

Bekerja remote membuatmu tidak dapat bertemu langsung dengan rekan kerja dan atasanmu. Kamu akan jauh dari pengawasan orang lain. Hal ini membuat banyak orang beranggapan bahwa seseorang yang bekerja remote tidak akan bisa produktif. Alasannya, tidak ada orang lain yang bisa meyakinkan bahwa mereka sedang melakukan pekerjaannya. Padahal, anggapan tersebut keliru. Menurut hasil survei CoSo Cloud, 77% pekerja remote mengaku lebih produktif jika melakukan work from home. Adapun 76% karyawan lebih memilih bekerja di luar kantor jika butuh konsentrasi tinggi.

2. Tidak punya deadline

“Kerja remote, mah, fleksibel. Kamu nggak bakal dituntut dengan deadline yang ketat seperti di kantor.” Kamu mungkin sering mendengar mitos kerja remote tersebut. Katanya, pekerja remote bebas menyelesaikan pekerjaannya kapan saja. Padahal, kata siapa? Pekerja remote tetap saja memiliki deadline layaknya mereka yang bekerja di kantor. Apalagi, mereka yang kerja remote dengan klien. Hal yang membedakan keduanya adalah pekerja remote harus ekstra disiplin dengan deadline-nya sendiri. Jangan sampai jam kerja fleksibel membuatmu menyepelekan deadline.

6 Ragam Mitos Kerja Remote yang Salah di Mata Orang-Orang

3. Kesulitan berkomunikasi

Tidak adanya kegiatan tatap muka langsung membuat para pekerja remote dianggap sulit berkomunikasi masalah pekerjaan. Zaman sudah berubah, begitu pula sarana komunikasi pun makin berkembang. Kini para pekerja tak perlu tatap muka langsung untuk sekadar mengobrol hingga rapat. Bahkan, banyak tools dipakai untuk mempermudah koordinasi dalam bekerja. Misalnya, Google Drive, Trello, Asana, dan lain-lain. Jadi, komunikasi tidak lagi jadi halangan untuk kerja jarak jauh.

Baca juga: Internship Remote: Mengulas Cara Baru Magang Selama Pandemi

4. 24 jam kerja

Tentunya perusahaan yang baik tidak akan memberikan jam kerja 24 jam kepada para pegawainya. Hal ini juga bisa menjadi fakta dan mitos kerja remote, karena memang kita harus memiliki komunikasi dan perjanjian lebih dulu sebelum mempraktekan budaya kerja satu ini. Itu dia beberapa fakta dan mitos kerja remote yang bisa anda perhatikan dan ketahui. Memang tidak lama lagi Indonesia juga mungkin akan menjadi salah satu Negara yang akan memiliki banyak pekerja remote terutama dalam bidang teknologi. Sebenarnya sudah banyak kok yang sudah menerapkan budaya kerja ini paling tidak untuk beberapa kali dalam seminggu misalnya.

6 Ragam Mitos Kerja Remote yang Salah di Mata Orang-Orang

5. Punya Work Life Balance

Di satu sisi, anggapan ini ada benarnya. Kamu bisa lebih sering bertemu dengan keluarga jika bekerja dari rumah. Kamu juga bisa menggantikan waktu perjalanan ke kantor dengan hal-hal lainnya, seperti memasak, menonton film, dan istirahat. Namun, umumnya pekerja remote baru justru kesulitan mengatur work-life balance mereka. Mereka masih sulit untuk mengatur jam kerja sendiri yang terbilang fleksibel.

6. Hanya dilakukan perusahaan startup

Dilansir dari The Remote Work Summit, ada mitos yang mengatakan bahwa kerja remote hanya dapat dilakukan oleh perusahaan startup. Faktanya, banyak perusahaan korporat sudah memperbolehkan karyawannya bekerja remote sejak lama, seperti Microsoft, Twitter, Facebook, dan Automattic. Mereka percaya bahwa kerja remote dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja karyawannya. Dari sisi karyawan, menurut hasil survei Owl Labs, lebih dari setengah karyawan full time juga ingin bekerja jarak jauh.

6 Ragam Mitos Kerja Remote yang Salah di Mata Orang-Orang