Kesalahan yang dapat mematikan bisnis startup di era digital
Pada dasarnya kesalahan adalah salah satu hal yang paling dihindari oleh semua orang, termasuk orang-orang yang bergerak di bidang bisnis startup atau rintisan. Sebagai bisnis baru, startup sebaiknya meminimalisir kesalahan untuk tetap tumbuh dan berkembang. Namun yang disayangkan, sejumlah startup telah banyak melakukan kesalahan diawal yang menyebabkan kerugikan pada bisnis mereka. Berikut ini adalah 26 tipe kesalahan yang sering dilakukan bisnis startup di era digital.
1) Satu pendiri
Pada dasarnya tidak ada masalah dengan bisnis startup yang memiliki satu pendiri atau single founder. Namun dengan adanya beberapa pendiri atau multiple founder, sebuah perusahaan selalu punya alasan untuk bangkit dari keterpurukannya. Semangat yang disebut dengan istiliah “esprit de corps” ini kiranya bakal ada di setiap individu dan menjadi pendorong semangat yang paling kuat dikala sebuah binis startup sedang terpuruk.
2) Menjalankan bisnis startup sendiri
Memiliki banyak keahlian dan pengetahuan tidak lantas membuat seseorang bisa mendirikan bisnis startup. Oleh karena itu, kamu tetap membutuhkan rekan sejawat dengan visi yang sama sebagai co-founder atau advisor. Menjalankan startup di tahun pertama akan menguras banyak waktu jadi jangan heran jika kamu bisa kehilangan kehidupan sosial. Paling tidak dengan orang-orang yang ada disampingmu, mereka akan membantu startup-mu berkembang dalam keadaan sulit.
3) Lokasi yang buruk
Kota juga merupakan salah satu aspek penting bagi pertumbuhan sebuah bisnis startup. Maka dari itu, carilah kota yang menyediakan industri dan ekosistem pendukung bagi bisnis kamu. Kota yang baik selalu memiliki orang-orang yang simpatik dengan perusahaan kamu. Pastikan kamu memilih kota yang diminati oleh orang-orang yang kamu mau rekrut.
4) Tidak menguasai produk
Hal terburuk selanjutnya yang bisa kamu temui dalam hal kegagalan startup di tahun pertama adalah ketidakpahaman pendiri tentang produk atau layanan yang dikerjakan. Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan hal ini bisa terjadi adalah si pendiri tidak pernah melakukan riset, kurang sejalan dengan latar belakang atau studi yang ditekuni, dan faktor lainnya. Hasilnya, ia mengalami kesulitan saat menjelaskan produknya kepada investor.
5) Marginal niche
Kebanyakan dari bisnis startup mengembangkan ide-ide kecil atau marjinal untuk menghindari persaingan dengan kompetitor lain. Sesuatu yang pada akhirnya berujung pada kesulitan untuk berkembang. Oleh karena itu, ada baiknya jika kamu mencoba untuk mengeksekusi ide-ide besar dengan risiko bersaing dengan kompetitor. Setidaknya persaingan memberikan perusahaan startup kamu kesempatan untuk berpikir menghadirkan solusi-solusi yang lebih besar.
6) Mencari suntikan dana terlalu besar di awal
Langkah yang salah namun sering dilakukan selanjutnya adalah mencari suntikan dana terlalu besar. Tujuannya jelas: untuk pengembangan perusahaan, proses rekrut besar-besaran, dan gaji karyawan. Namun berhati-hatilah karean jika terlalu mengandalkan investor pada awal bisnis, bisa jadi kurang hati-hati dalam hal pengeluaran. Akhirnya, valuasi startup malah tidak maksimal di kemudian hari. Jadi, sebaiknya kamu harus memikirkan alternatif pendanaan, misalnya dengan bootstrap.
Baca juga: Pentingnya Virtual Office di Jakarta untuk Startup
7) Ide tiruan
Banyak bisnis startup di era digital muncul karena ide tiruan dari startup yang sudah ada. Itu adalah salah satu sumber ide, namun bukan yang terbaik. Maka dari itu, cobalah mencari ide dari permasalahan atau keluhan-keluhan yang ada di masyarakat dan tidak dapat diselesaikan perusahaan startup yang sebelumnya sudah ada.
8) Ketegaran
Tidak selamanya ide dari startup berjalan mulus sampai ke gerbang kesuksesan. Kamu pun harus terbiasa dengan pembaruan ide-ide untuk dapat mempertahankan perusahaan. Ide-ide baru tersebut bisa diadopsi dari mana saja asal jangan terlalu sering dan pastikan telah divalidasi. Yang terpenting, selalu dengar saran pengguna kamu untuk setiap penerapan ide-ide baru.
9) Memaksakan sebuah bisnis model
Apakah kamu berhenti dari pekerjaan untuk menjalankan bisnis dan mengejar passion? Sebenarnya, kamu tidak harus keluar dari pekerjaan untuk menguji konsep dan kesempatan itu. Sebab, bisa jadi nanti kamu tidak akurat memprediksi preferensi target pasarmu. Jangan sampai kamu menjadi keras kepala dan memegang teguh ide startup hanya karena kamu jatuh cinta dengan suatu konsep. Terjemahkan idemu dalam sebuah konsep bisnis lengkap, cepat mengambil langkah, dan fleksibel bila ternyata semua tidak berjalan sesuai rencana.
10) Merekrut programmer yang buruk
Programmer adalah satu faktor penentu dalam sebuah bisnis startup di era digital. Di balik startup yang sukses selalu ada programmer yang melakukan tugasnya dan menerjemahkan ide-ide dengan baik. Kamu ingin merekrut programmer yang buruk? Siap-siaplah dihadapkan dengan jadwal yang berantakan, produk yang kurang sesuai, dan segala keruwetan teknis yang akan terjadi.
11) Komunikasi yang buruk
Jangan pernah meremehkan masalah komunikasi. Sebab, hal ini justru menjadi poin penting dalam suatu relasi maupun bisnis. Selain itu, kamu juga perlu mendiskusikan roadmap bisnis startup yang ada di pikiranmu bersama tim. Lakukan komunikasi dengan intensif dan yang paling penting, selalu terbuka untuk saran dan kritik. Jika tidak, kamu dapat menghancurkan hubungan dengan pelanggan dan karyawan.
12) Memilih platform yang salah
Perdebatan tentang platform adalah salah satu yang menarik dalam pengembangan startup. Mulai dari media, bahasa program, hingga teknolog apa saja yang akan digunakan menjadi salah satu hal penting yang ada dalam startup. Sama seperti programmer, kesalahan menentukan platform dapat berakibat pada keruwetan-keruwetan teknis yang berujung pada ketidaknyamanan pengguna.
Baca juga: Pengenaan Pajak atas Sewa Kantor Virtual bagi Pengusaha Startup
13) Keterlambatan peluncuran
Kebanyakan startup memiliki banyak alasan kenapa mereka menunda meluncurkan produk mereka. Padahal, tidak ada aplikasi di dunia ini yang begitu muncul langsung dengan kondisi 100%. Perbaikan itu ada masukan-masukan dari pengguna. Namun lebih dari itu, penundaan biasanya terjadi akhibat, tim programmer yang bekerja terlalu lambat, tidak benar-benar memahami masalah, masih takut berurusan dengan pengguna, dan perfeksionisme yang berlebihan.
14) Meluncurkan terlalu cepat
Terlalu dini meluncurkan ternyata juga mempunyai risiko yang sama. Bahayanya terletak pada reputasi perusahaan kamu. Jika para early adopter tidak puas dengan produk kamu, ujung-ujungnya mereka akan enggan kembali menggunakan produk kamu. Setidaknya ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan peluncuran produk: pertama berguna bagi diri sendiri; lalu produk tersebut masih dapat diperluas secara bertahap untuk menjadi sebuah proyek keseluruhan.
15) Startup mengejar publisitas tanpa pertimbangan matang
Banyak startup gencar mencari publisitas saat meresmikan perusahaan maupun memperkenalkan produk. Langkah ini memang bisa menjadi poin plus dalam hal promosi. Namun, tak jarang banyak startup yang melakukannya tanpa pertimbangan matang. Jika kamu belum memantapkan model bisnis atau produk, bagaimana nasib publisitasmu? Bagaimana jika ternyata kamu mengalokasikan begitu banyak dana untuk publisitas tapi startup-mu gulung tikar setahun kemudian? Hal-hal semacam ini harus dipertimbangkan dengan baik terutama para pemilik bisnis startup.
16) Tidak mempunyai spesifikasi pengguna
Dalam mengembangkan sebuah bisnis penting untuk mengetahui dengan pasti siapa yang akan dijadikan pengguna. Detil tentang pengguna yang disasar sangat penting, seperti laki-laki atau perempuan, dewasa atau remaja, dan lain sebagainya. Kamu harus mengetahui dengan pasti, siapa dan apa yang dinginkan pengguna kamu. Jika kamu tidak mampu mengetahuinya, berarti kamu sedang berada di jalan yang salah.
17) Terlalu sedikit mendapatkan uang
Pendanaan startup itu diukur dengan waktu. Setiap startup yang tidak menguntungkan memiliki waktu tersisa sebelum uang mereka habis dan akhirnya berhenti beroperasi. Jadi jika kamu mendapat uang dari investor pastikan kamu mendapat uang yang cukup untuk bergerak ke langkah selanjutnya.
18) Menghabiskan uang terlalu banyak
Agak sulit memang membedakan menghabiskan uang terlalu banyak dengan mendapatkan uang terlalu sedikit. Salah satu cara untuk mengetahuinya adalah dengan membandingkan dengan startup lain. Salah satu hal yang paling banyak menyerap uang adalah merekrut banyak orang. Jadi kamu harus memperhatikan kebijakan dalam merekrut orang dan pastikan kamu merekrut orang yang benar.
Baca juga: 10 Langkah Pintar Memulai Bisnis Startup di Era Digital
19) Mendapatkan pendanaan terlalu besar
Tidak pula terlalu banyak, tidak pula terlalu sedikit, jadi semua harus berada di batas kewajaran. Risiko mendapat pendanaan terlalu besar adalah waktu. Sekali perusahaan kamu mengambil banyak uang, makan akan semakin sulit kamu untuk mengubah arah.
20) Manajemen investor yang buruk
Sebagai pendiri, kamu harus memperhatikan investor kamu karena mereka mungkin memiliki wawasan yang berguna. Jangan biarkan investor menjalankan perusahaan untuk kamu karena suatu saat investor akan meninggalkan perusahaan kamu sendirian. Jadi ada baiknya kamu mendapatkan manajemen investor yang baik untuk meminimalisir permasalahan yang ditimbulkan investor.
21) Mengorbankan pengguna untuk profit
Pengguna merupakan salah satu hal terpenting dalam bisnis. Membuat sesuatu yang pengguna butuhkan adalah sesuatu yang “aman” bagi bisnis startup kamu, terutama di erea digital. Banyak perusahaan besar menempatkan pengguna di urutan pertama sebelum bisnis model, karena bagi mereka membuat yang pengguna inginkan lebih sulit daripada mendatangkan keuntungan.
22) Tidak memahami target pasar dan pengguna
Selain memahami layanan dan produk dengan baik, para pendiri perusahan harus memperlajari karakteristik target pengguna dan pasar. Saat ini ada lebih dari 250 juta penduduk yang tersebar di berbagai wilayah dan terbagi menjadi berbagai kalangan dan umur. Dengan menentukan target pasar, selain bisa menyesuaikan produk yang dibuat, kamu juga bisa memproyeksi perkembangan dari pasar dan tentunya memprediksi pertumbuhan startup. Jika tidak, produk dan model bisnis kamu tidak akan diterima oleh target pasar tersebut.
23) Tidak ingin tangan kotor
Ide hanya sebatas ide jika tidak ada validasi tentang seberapa bagus ide tersebut. Kamu pun harus turun dan mencari beberapa masukan tentang pengguna dari ide produk kamu. Dengan masukan-masukan yang kamu terima dari pengguna, kamu bisa mengukur sejauh mana ide kamu diterima oleh masyarakat dan apa yang sekiranya dapat kamu lakukan untuk melengkapi ide tersebut.
24) Perselisihan antar pendiri
Poin yang satu ini cukup krusial karena selain kamu tidak bisa menjadi founder tunggal, komitmen juga harus dimiliki oleh setiap pendiri (bahkan karyawan) dalam sebuah bisnis startup. Sebagian besar startup tumbang berkat perselisihan yang timbul di tengah jalan. Jadi selalu pastikan komitmen sudah terjalin antara semua pendiri dan juga karyawan dalam perusahaan kamu.
25) Usaha setengah hati
Dalam segala hal dianjurkan bekerja dan berupaya dengan sepenuh hati. Kesungguhan hati diperlukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang kerap hadir di dalam bisnis startup. Bekerja dengan setengah hati hanya akan membuat usaha kamu kurang maksimal. Jadi pastikan kamu telah bersungguh-sungguh dalam mendirikan dan menjalankan startup kamu.
26) Tidak memiliki mimpi besar
Hal terakhir dan sering jarang dipikirkan oleh para pendiri bisnis startup di era digital adalah tidak memiliki visi maupun mimpi yang besar kedepannya. Alasannya bisa jadi karena mereka sekadar mengikuti tren atau belum pynya tujuan yang matangnya dan ingin dicari. Sekedar informasi, tim startup terbaik pun harus mempunyai mimpi besar dan merealisasikannya agar menjadi perusahaan yang besar dan berguna bagi semua orang.
Dengan memahami sederetan kesalahan tersebut, kamu bisa melakukan antisipasi. Pertimbangkan segala sesuatunya dengan matang dan komunikasikan dengan baik bersama anggota tim. Semoga startup yang akan kamu rintis, kelak berhasil ya! Jangan lupa, Uptown Serviced Office, saat ini menawarkan paket Virtual Office di Jakarta dengan harga yang murah dan terjangkau untuk di daerah Jakarta Selatan. Dengan mulai harga sewa Virtual Office dari Rp 400.000 per bulan, kamu sudah dapat memiliki domisili untuk startup atau perusahaan dengan alamat strategis di daerah Lingkar Mega Kuningan, Jakarta Selatan. Untuk informasi lebih lanjut mengenai promo Virtual Office di Jakarta, kamu bisa langsung menghubungi nomor telepon 0838-7064-6063 atau email ke tm.adi@uptown.id.