11 Kesalahan startup kehilangan karyawan terbaik
Setiap perusahaan, baik startup atau enterprise, pasti memiliki seseorang yang pantas dianggap sebagai karyawan terbaiknya. Karyawan tersebut adalah yang sudah melalui banyak hal: datang awal, pulang akhir, dan bahkan mau bekerja di hari liburnya. Namun perlu diingat juga, apabila mereka tidak mendapat perlakuan baik bukan tidak mustahil perusahaan startup tersebut akan kehilangan karyawan terbaiknya. Topik ini kami angkat karena tidak hanya relevan namun sangatlah nyata di era digital seperti saat ini. Jika perusahan tidak melakukan perbaikan internal secepat mungkin, bukan tidak mungkin para karyawan tersebut akan keluar dan pindah ke perusahaan lain. Lantas jenis kesalahan apa saja yang biasa startup lakukan hingga kehilangan karyawan terbaik? Simak artikel berikut ini:
1. Kantor membuat (banyak) aturan (yang tidak penting)
Studi yang dilakukan kepada 2000 karyawan di London menyimpulkan bahwa 28% dari pekerja kantoran merasa perusahaan telah menerapkan aturan yang kurang penting. Menurut seorang karyawan ada beberapa peraturan yang terlalu over exposed, seperti denda absensi yang mengharuskan karyawan membayar sejumlah uang bila terlambat, tidak dapat gaji tambahan kalau lembur, hingga membatasi penggunaan Internet. Aturan – aturan seperti ini yang kabarnya akan membuat karyawan tidak betah di kantor. Lantas, ada baiknya perusahaan mengkaji ulang semua kewajiban tersebut, apakah manusiawi dan relevan dengan kehidupan sekarang.
2. Menganggap semua karyawan itu sama
Karyawan bukanlah murid sekolah yang harus diperlakukan sama. Mereka memiliki skill dan potensi yang berbeda-beda Memperlakukan karyawan berprestasi seperti karyawan biasa saja itu sama seperti meremehkan potensi mereka. Yang hasilnya nanti bisa berujung dengan mereka resign dari pekerjaannya. Oleh karena itu, perlakukanlah sebuah startup seperti tim olahraga. Dengan setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, maka akan tercipta sebuah keharmonisan dalam sebuah flow kerja.
3. Kompensasi yang tidak adil
Kebanyakan orang tentu bersedia untuk memberikan tenaganya jika mereka ditawarkan kompensasi yang adil sebagai imbalannya. Demikian juga dengan karyawan terbaik. Mereka akan mendukung usaha startup kamu apabila ada reward yang diberikan oleh perusahaan. Namun apabila tidak ada timbal balik yang sepadan selama ia bekerja jangan harap karyawan tersebut akan betah bekerja di kantor kamu. Alih alih untung, usaha startup kamu bisa kelabakan jika ditinggalkan oleh si doi.
4. Kurang seimbangnya hidup dan kerja
Mendapatkan uang itu bagus, tapi itu tetap tak bisa menggantikan hari libur atau waktu senggang bersama keluarga tercinta. Perusahaan juga terkadang butuh waktu ekstra dalam mengerjakan sebuah proyek besar dan meminta karyawan untuk memahami hal tersebut. Tapi apa salahnya jika proyek tersebut selesai, setiap karyawan diberikan waktu senggang untuk me-recharge energi mereka. Misalnya dengan makan malam bersama atau hari libur ekstra. Menarik bukan? Hal ini kiranya bisa menyeimbangkan kehidupan kerja agar tidak bosan dalam mencari ide atau menyelesaikan pekerjaan.
Baca juga: Pebisnis Startup, Jangan Abaikan dan Melebihkan Beberapa Hal Berikut!
5. Kurangnya penghargaan atas prestasi
Perlu kamu ingat, karyawan telah memberikan waktu dan energi mereka setiap hari untuk bekerja pada usaha startup kamu dan dalam jangka panjang. Biasanya mereka ingin juga kamu tahu bahwa apa yang mereka lakukan lebih dari pertukaran sederhana antara waktu dengan uang. Beberapa perusahaan menawarkan waktu liburan lebih atau membayar waktu cuti bagi staff tetapnya. Ada juga yang memungkinkan karyawannya untuk mendapatkan perjalanan yang biayanya ditanggung semua oleh perusahaan. Sekarang, coba pertanyakan pada diri kamu, apa yang sudah kamu lakukan untuk menunjukkan penghargaan kepada karyawan?
6. Manajemen yang tidak mendukung
Manajemen selalu dipandang sebagai pihak yang memimpin perusahaan dalam segala hal. Dari menetapkan kebijakan hingga menunjukkan sikap menghormati orang lain pada sehari-hari. Tetapi, sering kali mereka juga berada di bagian bawah karena tidak diperhatikan oleh orang-orang di atasnya. Oleh karena itu, ada baiknya kamu memberikan apresiasi yang layak agar membantu para karyawan berkembang dan memberikan mood booster agar apresiasi kepada mereka terasa layak.
7. Lingkungan kerja yang membosankan
Pasti sering angan-angan untuk hengkang atau resign itu muncul apabila lingkungan kerja sama sekali tidak mendukung. Oleh karena itu, buatlah aturan yang menarik untuk usaha startup kamu sehingga setiap karyawan bersemangat untuk pergi ke kantor. Lingkungan yang fun bisa menjadi motivasi seseorang untuk bekerja lebih giat. Sebagai contoh: Google dan Facebook telah menerapkan aturan ini. Mulai dari catering lezat, kantor outdoor, hingga menyediakan tempat fitness! Tapi tentunya semua fasilitas tersebut sejalan dengan budget yang kamu punya ya!
8. Tidak percaya pada karyawan
Mempekerjakan seseorang berarti harus siap mendelegasikan tugas-tugas kepada mereka. Sesekali mengecek hasil kerja diperbolehkan. Tapi ketika atasan selalu mempertanyakan pekerjaan anak buahnya, bisa-bisa mereka frustrasi karena kamu tidak memandang mereka berpengalaman dan kemampuan mereka sebagai elemen penting untuk perusahaan.
Baca juga: Startup Indonesia Sering Melakukan 12 Kesalahan Ini Di Tahun Pertama
9. Atasan yang terlalu ribet
Tadi bilang A, sekarang bilang B. Karyawan akan dibuat bingung dengan jalan pemikiran kamu yang berubah-ubah dan tidak konsisten. Karyawan akan lebih menghargai seorang atasan yang menghargai ide mereka. Memang, atasan punya otoritas untuk memerintah namun alangkah baiknya bila otoritas tersebut digunakan untuk menggali potensi karyawan ketimbang membuat mereka bingung, takut atau malah tertekan sampai akhirnya resign kerja karena stress.
10. Menimbun informasi
Poin berikutnya yang perlu diamati adalah tentang keterbukaan informasi. Artinya di sini adalah, kebijakan transparansi informasi seharusnya bekerja dua arah. Kamu harus mampu memposisikan karyawan usaha startup dalam perubahan yang terjadi sesegera mungkin. Jangan membuat, staf entry-level kamu seperti mereka yang terakhir tahu tentang hal-hal yang kemajuan atau prestasi perusahaan. Kamu harus berusaha untuk menginformasikan sesegara mungkin berita dari ruang rapat pada orang-orang yang ada di dasar perusahaan.
11. Terburu-buru merekrut bakat dari luar
Poin terakhir yang perlu dipikirkan adalah jangan terburu-buru dalam merekrut bakat dari luar perusahaan. Karena harus kamu ingat, mereka yang telah berada di perusahaan dalam jangka waktu tertentu adalah orang-orang yang telah memiliki loyalitas dan pemahaman tentang budaya perusahaan yang tidak dimiliki oleh pendatang baru. Orang-orang ini bisa kamu motivasi untuk bekerja lebih keras, memacu mereka berkembang sebagai profesional, dan tentunya dengan nilai gaji yang pantas.